Jakarta (ANTARA) - Rumah.com kembali melansir Consumer Sentiment Study yang mensurvei minat serta opini lebih dari 1000 responden pencari rumah di Indonesia. Berbeda dari semester sebelumnya, jumlah pencari rumah yang mengaku melakukan penundaan transaksi properti mengalami penurunan dari sebelumnya 52 persen kini menjadi 41 persen.
Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan bahwa hasil Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 tersebut menjadi angin segar di tengah perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1-4 di seluruh wilayah Indonesia yang berdampak pada berbagai sektor industri termasuk properti.
"Walaupun pandemi masih berlangsung namun masyarakat mulai sadar bahwa papan atau hunian adalah kebutuhan pokok yang harus dibeli jika secara finansial sudah memadai dan bukan hal yang bisa ditunda terus menerus. Apalagi saat ini para pengembang juga sangat agresif menawarkan berbagai jenis hunian dan didukung berbagai kebijakan pemerintah yang memudahkan pembelian properti," jelas Marine dalam siaran pers.
Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1031 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2021. Survei ini dilakukan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di tanah air.
Pandemi yang telah berlangsung 1,5 tahun dan kebijakan pemerintah untuk membatasi mobilitas masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia termasuk social dan physical distancing telah mempengaruhi bagaimana pencari rumah mendapatkan informasi tentang hunian yang akan dibeli termasuk ketika ingin melihat secara langsung unit idaman mereka.
Hal ini sebagaimana terlihat dari Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 dimana 37 persen responden menyatakan kesulitan melihat lokasi unit tidak lagi dipandang sebagai halangan. Angka yang turun dari 48 persen responden dari semester sebelumnya ini menunjukkan adanya pameran properti secara virtual maupun teknologi yang memungkinkan melihat unit contoh hunian sehingga memudahkan pencari properti berburu hunian idaman meskipun di tengah kebijakan PPKM.
Adanya dukungan teknologi bagi industri properti juga sejalan dengan meningkatnya ketergantungan masyarakat pada media sosial dan portal properti ketika ingin mendapatkan informasi tentang properti selama pandemi berlangsung. Sejumlah 56 persen responden memilih mendapatkan informasi tentang properti dari portal properti, naik dari 47 persen responden pada semester sebelumnya. Sedangkan 68 persen responden lainnya mendapatkan dari media sosial.
Sementara dalam hal tingkat suku bunga, menurut persepsi masyarakat makin dianggap sebagai hambatan, sebagaimana hasil Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 dimana 60 persen responden menganggap suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) saat ini berada pada level yang tinggi dan bahkan sangat tinggi. Angka ini naik tipis dari semester sebelumnya yang dinyatakan oleh 59 persen responden.
Masih tingginya tingkat suku bunga KPR juga mengakibatkan tingginya besaran angsuran KPR yang harus dibayar tiap bulan sehingga menjadi hambatan yang dihadapi ketika mengambil KPR. Hal ini dinyatakan oleh sekitar sepertiga responden atau sejumlah 34 persen responden. Oleh karena itu mayoritas masyarakat mengharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan dan tindakan terutama agar bisa menurunkan suku bunga KPR. Hal ini dinyatakan oleh 88 persen responden dan merupakan kenaikan dari 85 persen responden pada semester sebelumnya.
Pemerintah sebenarnya telah merespon harapan masyarakat tersebut. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18-19 Agustus 2021 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Selain itu BI telah juga memutuskan untuk melonggarkan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti. Stimulus terakhir adalah perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas pembelian rumah tapak dan rumah susun.
Menurut Marine, yang paling penting dari adanya kebijakan dan stimulus dari pemerintah tersebut adalah pelaksanaannya. Hal ini terlihat secara historis, langkah BI menurunkan suku bunga acuannya tidak langsung diikuti oleh kalangan perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sehingga walaupun suku bunga BI sudah turun namun industri properti tidak bisa segera langsung merasakan dampaknya.
Marine menambahkan dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 terlihat adanya penurunan kepuasan masyarakat terhadap iklim properti di tanah air. Setelah mengalami kenaikan pada semester sebelumnya, Sentiment Index pada semester kedua 2021 ini turun sebanyak 4 poin ke angka 69.
Penurunan Sentiment Index ini didorong tiga hal yaitu mahalnya harga properti, sulitnya mencari properti di lokasi yang diinginkan sesuai dengan anggaran yang tersedia dan tingginnya tingkat suku bunga KPR. Indeks Sentimen Konsumen ini adalah data longitudinal yang diambil Rumah.com menggambarkan indikasi optimisme, kepuasan, dan minat terhadap properti.
Marine menjelaskan bahwa secara umum dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 dapat disimpulkan bahwa lebih sedikit masyarakat yang menyatakan penundaan dalam transaksi properti daripada sebelumnya. Selain itu masyarakat kini mempertimbangkan lebih sedikit faktor ketika mengambil pinjaman rumah namun faktor utama masih sama yaitu besaran angsuran, jangka waktu pinjaman dan tingkat suku bunga KPR.
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung apalagi dengan pelaksanaan PPKM, bagi konsumen yang akan membeli rumah, saat ini tidak harus langsung mendatangi showroom atau unit contoh yang ditawarkan oleh para pengembang.
Saat ini yang paling penting dilakukan calon pencari rumah dan keluarga muda adalah mempelajari dulu proses pembelian rumah, membandingkan suku bunga dan pilihan pembiayaan, serta mempersiapkan keuangan pribadi agar lebih siap secara finansial ketika akhirnya membuat keputusan.
Berbagai panduan tersebut disediakan oleh Rumah.com agar pencari rumah di masa depan dapat memahami dulu seluk beluk transaksi properti dan menyusun pertimbangan yang matang dalam pencarian rumah.
"Adanya dukungan teknologi pada industri properti termasuk informasi seputar infrastruktur wilayah hunian, serta pameran properti virtual membuat calon pembeli properti bisa melakukan survei properti kapanpun dan dimanapun di tengah pandemi. Dengan demikian pembeli masih bisa mengambil keputusan membeli properti dengan percaya diri. Mencari hunian bukanlah keputusan yang mudah diambil, namun Rumah.com menyediakan berbagai fitur yang dapat membantu konsumen mengambil keputusan dengan lebih percaya diri," pungkas Marine.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021