Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 60 persen kelahiran di Indonesia ditolong bidan, sementara laporan lembaga aktifitas populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau The United Nations Population Fund menyebutkan pada 2009 Indonesia memiliki 53 ribu bidan.
"Bidan juga banyak berperan penting dalam membantu menekan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, yang tercatat tertinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya," kata Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Harni Koesno melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data survei demografi 2005, Indonesia masih terdapat 228 kematian ibu dalam 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi mencapai 34 setiap 1.000 kelahiran hidup, ujarnya.
"Terkait program Millenium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia menargetkan mampu menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 setiap 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 23 setiap 1.000 kelahiran hidup," kata Harni.
Harni memastikan para bidan terus berusaha mendukung pencapaian target itu, termasuk menaruh perhatian khusus terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi pasca persalinan.
Hal ini terutama soal pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi berumur nol sampai enam bulan, agar tumbuh, kembang dan kesehatan bayi terjaga dengan baik.
"Tapi tidak mudah melakukan usaha tersebut, melihat Indonesia memiliki tantangan berupa kondisi geografis, budaya, sosial serta ekonomi," katanya.
Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan, serta fasilitas kesehatan bagi ibu dan bayi, masih minim.
Kebanyakan tenaga serta fasilitas kesehatan itu hanya tersedia di wilayah perkotaan dan belum menjangkau hingga daerah pelosok, kata Ketua Umum IBI.
"Meski begitu, IBI tetap berkomitmen untuk berperan aktif memberikan yang terbaik di dunia persalinan, sehingga target penurunan angka kematian ibu dan bayi mampu terpenuhi," kata Harni. (*)
S035/S019
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010