Beijing (ANTARA News) - China pada Selasa menyebut laporan yang menuduh Beijing membolehkan Korea Utara untuk memulai program pengayaan uranium dan meluncurkan serangan kepada Korea Selatan sebagai suatu hal yang tidak bertanggung jawab.
Harian Washington Post melaporkan pada Senin malam, dengan mengutip seorang pejabat senior AS yang tidak disebut namanya, China telah mendorong rezim garis keras Pyongyang untuk bertindak tanpa kenal hukum.
"Kami merasa tuduhan tersebut tidak bertanggung jawab, upaya China (untuk menjaga perdamaian dan stabilitas) telah disaksikan oleh semua pihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Jiang Yu kepada wartawan.
"Saya ingin menegaskan bahwa tentang isu yang terkait dengan perdamaian dan stabilitas, kami menentang segala tindakan yang mengganggu stabilitas itu dan kami tidak bermaksud untuk melindungi pihak manapun," katanya.
Korea Utara menyerang pulau perbatasan Korsel pada 23 November, menewaskan dua marinir dan dua warga sipil, kemudian mereka membuka program pengayaan uranium yang membuat para ilmuwan AS khawatir.
China adalah satu-satunya sekutu utama Korut serta merupakan penopang perekonomian dan politik negara yang miskin tersebut.
Washington Post melaporkan indikasi tentang berubahnya taktik pemerintah Presiden AS Barack Obama dalam pendekatannya terhadap China, dengan menyebutkan bahwa Gedung Putih kini mulai kehilangan kesabaran terhadap Beijing.
"Upaya rangkulan China terhadap Korea Utara dalam delapan bulan terakhir telah meyakinkan Korut bahwa China mendukung dan mendorong perilaku tanpa memandang hukum bagi Korut," tulis harian itu yang mengutip seorang pejabat senior pemerintah.
Setelah pengeboman Korut itu, Beijing menyerukan dimulainya kembali sebuah pembicaraan darurat yang melibatkan para utusan enam pihak yang merundingkan tentang denuklirisasi Korut, termasuk kedua Korea, China, Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat.
Namun Washington, Seoul, dan Tokyo mengajukan keberatannya dan lebih memilih menggelar pertemuan terpisah antara tiga negara tersebut di ibu kota AS pada Senin, yang kemudian diikuti dengan seruan terhadap Beijing untuk menjinakkan sekutu nakalnya itu.
"Kami menghargai inisiatif Beijing yang mengajukan pertemuan enam pihak, namun kami perlu dasar yang tepat untuk dimulainya kembali pembicaraan tersebut," kata Menlu AS Hillary Clinton.
Menlu Korsel Kim Sung-Hwan menambahkan, "kami ingin China menunjukkan sikap yang lebih jelas dengan memberikan peringatan kepada Korut serta mengangkat aksi provokasi Korut tersebut,"
Ketika ditanya tentang respon China karena tidak diikutkan dalam pembicaraan di Washington, juru bicara Kemlu China itu kembali meminta mitra regionalnya untuk melakukan negosiasi yang lebih luas.
"Tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan stabilitas harus dipikul oleh semua pihak di wilayah, kami meminta semua pihak untuk secara positif menjawab tawaran kami untuk dialog," kata Jiang.(*)
AFP/KR-PPT//H-RN
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010