terlihat jelas dalam hasil survei kami, di mana investor semakin fokus menabung, memantau iuran pensiun, dan lebih sering memeriksa investasi mereka

Jakarta (ANTARA) - Studi Investor Global Schroders 2021 menemukan bahwa pandemi telah mengubah cara masyarakat mengelola keuangan, di mana ada fokus yang lebih besar pada tabungan, investasi dan kesejahteraan finansial, yang dinilai akan menjadi salah satu warisan langgeng dari pandemi.

"Pandemi telah mengubah perilaku investor secara global termasuk Indonesia. Kami melihat pandemi ini akan memberikan perubahan jangka panjang pada cara masyarakat mengelola keuangan dan investasinya," kata Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi saat diskusi daring dengan awak media di Jakarta, Kamis.

Studi tahunan Schroders tersebut menyurvei lebih dari 23.000 orang di 32 lokasi global, menemukan bahwa hampir setengah dari investor (46 persen), sekarang akan menyimpan lebih banyak setelah pembatasan sosial dicabut. Sentimen tersebut paling kuat di antara investor berusia 18-37 tahun.

Pendekatan yang lebih terukur itu juga mengalir ke pandangan atau outlook saat pensiun, dengan 58 persen pensiunan secara global sekarang lebih konservatif dalam membelanjakan tabungan atau simpanan pensiun mereka, sementara 67 persen dari mereka yang belum pensiun sekarang ingin menabung atau menyimpan lebih banyak untuk masa pensiun mereka.

Sementara itu, hampir tiga perempat (74 persen) investor secara global telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan kesejahteraan finansial mereka sejak pandemi terjadi, dengan investor yang menganggap dirinya berpengetahuan investasi ahli atau advanced paling banyak melakukannya.

Secara geografis, perubahan ini paling menonjol di Asia dimana investor di Thailand, India dan Indonesia berada di urutan teratas. Investor secara global sekarang lebih cenderung untuk memeriksa investasi mereka setidaknya sebulan sekali (82 persen), dibandingkan dengan 77 persen investor pada 2019.

Selama 2020, hampir sepertiga (32 persen) investor secara global menabung lebih banyak dari yang mereka rencanakan. Hal itu didorong oleh penurunan pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting, seperti makan di luar, bepergian, dan bersantai.

Lebih dari sepertiga (38 persen) investor di Eropa telah menabung lebih dari yang direncanakan, diikuti oleh investor di Asia (28 persen) dan Amerika (27 persen). Dari investor yang tidak dapat menabung sebanyak yang direncanakan, 45 persen orang secara global menyebutkan pengurangan gaji atau pendapatan kerja sebagai alasan utama, yang mencerminkan tantangan besar yang disebabkan oleh pandemi.

Behavioural investment insights specialist Schroders Stuart Podmore mengatakan, pandemi telah meningkatkan rasa ketidakpastian dan menantang kemampuan orang untuk memproses risiko, membuat banyak dari masyarakat merasa lebih cemas dan di luar kendali.

"Sentimen ini terlihat jelas dalam hasil survei kami, di mana investor semakin fokus menabung, memantau iuran pensiun, dan lebih sering memeriksa investasi mereka. Terlepas dari tantangan besar yang kita semua hadapi, sangat menggembirakan untuk melihat bahwa pandemi telah bertindak sebagai katalis untuk mempromosikan fokus yang lebih kuat secara global pada perencanaan keuangan dan kesejahteraan umum," ujar Stuart.

Baca juga: Investasi saham dinilai bisa jadi opsi saat ekonomi mulai tumbuh
Baca juga: Indo Premier Sekuritas yakin investasi reksadana akan makin berkembang
Baca juga: Ini kiat investasi dengan modal gaji UMR menurut Zipmex

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021