London (ANTARA News) - Film "Bali, Sacred and Secret" garapan Sutradara Basil Gelpke yang menceritakan kehidupan spiritual di Bali, diputar sejak 24 November di beberapa bioskop di kota besar di Swiss, seperti di Zurich, Bern, Basel dan Lucern.

"Sudah hampir dua minggu film yang terinspirasi dari buku karangan Gill Marais tersebut diputar, namun minat masyarakat Swiss untuk menonton film tersebut masih tinggi," ujar Rizka Desinta dari KBRI Bern dalam keterangannya yang diterima Antara London, Selasa.

Dalam film yang menceritakan kehidupan spiritual di Bali, sutradara asal Swiss yang juga editor film Televisi Neue Zurcher Zeitung (NZZ), Basil Gelpke, mengangkat cerita tersebut dalam sebuah film dokumenter berdurasi 86 menit.

Film tersebut menggambarkan upacara ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali, mulai dari upacara kelahiran bayi, upacara si kecil saat beranjak dewasa, upacara pernikahan, hingga upacara kematian/kremasi.

Upacara adat kremasi anggota keluarga Kerajaan Ubud digambarkan secara spektakuler selain itu digambarkan pula kehidupan dan ritual keagamaan masyarakat Bali di Tenganan Pengeringsingan.

Setiap ritual upacara dilengkapi dengan komentar dari para Antropolog asing dan tokoh budaya Bali.

Beberapa koran lokal yang memuat ulasan mengenai film tersebut, memberikan penilaian yang sangat baik dengan pemberian bintang 4 dari 5.

Ketertarikan penonton juga ditunjukkan dengan pertanyaan yang diajukan pada saat diskusi bersama dengan Sutradara Basil Gelpke, penulis buku "Sacred & Secret", Gill Marais dan Antropolog Bali Urs Ramseyer, usai pertunjukan film yang ditayangkan di Kult Kino Basel, Minggu (5/12).

Pemutaran film di Kult Kino Basel dipadati pengunjung hingga memenuhi seluruh kursi sebanyak 92 buah di ruang utama bioskop tersebut. Sebanyak 16 penonton bahkan harus menduduki anak tangga di dalam ruang tersebut.

Para penonton menyatakan sangat terkesan dengan kekayaan spiritual di Bali. Antropolog Urs Ramseyer menyatakan ritual keagamaan di Bali yang beraneka ragam merupakan keunikan Bali yang membuatnya sangat menarik.

Ketika ditanya mengenai persamaan derajat antara perempuan dan laki-laki di Bali, Gill Marais menyebutkan bahwa di Bali derajat antara keduanya adalah sama, seorang pemuka agama perempuan di Bali diterima dengan sangat baik oleh masyarakat Bali.

Mengenai dampak peristiwa bom Bali tahun 2002 silam, yang dipertanyakan oleh salah seorang penonton, Marais menjelaskan peristiwa bom Bali menjadi ajang pembelajaran bagi masyarakat Bali.

"Mereka merasa peristiwa tersebut terjadi karena kesalahan yang mereka perbuat, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan," ujarnya begitupun mengenai proses pembuatan film yang memakan waktu hingga sebelas bulan tersebut.

Semula para crew film menganggap bahwa pembuatan film ini seperti pembuatan film pada umumnya, namun setelah selesai pembuatan film mereka pun menyatakan sangat terkesan dengan kekayaan budaya spiritual di Bali.

Marais mengakui pengalaman spiritual di Bali yang disebutkannya tidak dapat dijelaskan secara logika, namun apabila seseorang sudah menginjakkan kaki di Bali, maka ia akan dapat memahami makna dari prosesi keagamaan di Bali.

Selain itu ia juga dapat ikut merasakan semangat spiritualisme masyarakat Bali, yang lebih berharga dari materi apapun di dunia.

KBRI Bern mendukung penuh proses ijin pembuatan film "Bali, Sacred & Secret", yang dimulai pada bulan Juni 2008. Pemutaran film "Bali, Sacred & Secret" secara tidak langsung menjadi media promosi pariwisata Indonesia, khususnya Bali.

Selain membuat film dokumenter "Bali, Sacred & Secret", sutradara Swiss Basil Gelpke juga merencanakan membuat film dokumenter mengenai Gunung Merapi, Kesultanan Yogyakarta dan kehidupan di Ibukota DKI Jakarta.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010