"Aksi mitigasi perlu dilakukan lebih awal guna menghindari risiko bencana akibat kondisi musim hujan di atas normal atau lebih besar," katanya di Kupang, Kamis.
Ke delapan wilayah tersebut di antaranya Kabupaten Manggarai Barat bagian utara, Manggarai bagian utara, Manggarai Timur bagian utara, Ngada bagian utara.
Selain itu Kabupaten Timor Tengah Selatan bagian selatan, Malaka bagian selatan, Kupang bagian utara, dan Kabupaten Timor Tengah Utara bagian barat.
Ia menjelaskan secara umum musim hujan 2021/2022 di wilayah NTT diprediksi akan berlangsung pada November mendatang yang terjadi pada 65,6 persen zona musim (zom) dari total sebanyak 23 zom di NTT.
Baca juga: NTT alami hari tanpa hujan kategori ekstrem panjang
Baca juga: BMKG imbau 11 daerah di NTT waspadai dampak kekeringan meteorologis
Hanya 4,3 persen zom yang mengawali musim hujan pada Oktober, sedangkan 30,4 persen zom lainnya pada Desember 2021.
Rahmattulloh menjelaskan secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2021/2022 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 20 zom atau atau 87.0 persen dan 3 zom atau 13.0 persen akan mengalami kondisi musim hujan di atas normal atau lebih basah dari biasanya.
Oleh sebab itu ia mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat terutama pada daerah yang terdampak musim hujan di atas normal agar lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir.
Cuaca ekstrem ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya.
Selain itu perubahan cuaca yang tidak menentu juga perlu diwaspadai karena bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit, katanya.
Baca juga: Wilayah tanpa hujan kategori ekstrem di NTT bertambah jadi 13 daerah
Baca juga: BMKG sebut belum ada pembentukan bibit siklon pemicu badai di NTT
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021