Jakarta (ANTARA News) - Mengonsumsi aspirin dalam dosis rendah dapat mengurangi resiko banyak jenis kanker, kata beberapa ilmuwan Selasa (7/12).
Dan bukti itu cukup kuat untuk menganjurkan orang yang berusia di atas 40 tahun mesti mengkonsumsinya setiap hari sebagai pencegahan.
Namun temuan tersebut diduga akan memicu perdebatan yang sudah berlangsung sengit mengenai manfaat mengkonsumsi aspirin, yang meningkatkan resiko pendarahan di perut bagi satu dari 1.000 pasien per tahun.
Di satu studi atas tujuh percobaan yang melibatkan 25.570 pasien, para peneliti mendapati bahwa kematian akibat kanker di kalangan mereka yang mengkonsumsi aspiri dalam dosis 75 miligram per hari ialah 21 persen lebih rendah selama studi itu dan 34 persen lebih rendah setelah lima tahun.
Aspirin melindungi orang dari kanker perut dan usus, demikian temuan studi tersebut, dengan angka kematian akibat kanker itu berjumlah 54 persen lebih rendah setelah lima tahun di kalangan mereka yang mengkonsumsi aspirin dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Peter Rothwell dari Oxfford University mengatakan meskipun mengkonsumsi aspirin menimbulkan resiko kecil pendarahan di perut, resiko itu mulai "tersingkirkan" oleh manfaatnya dalam mengurangi resiko kanker dan resiko serangan jantung.
"Panduan sebelumnya secara benar telah memperingatkan bahwa pada orang sehat yang berusia setengah baya, resiko kecil pendarahan pada aspirin sebagian mengimbangi manfaat berupa pencegahan stroke dan serangan jantung," katanya.
"Tetapi pengurangan kematian akibat beberapa kanker umum sekarang akan mengubah keseimbangan ini buat banyak orang," kata Rothwell sebagaimana dikutip koresponden Kesehatan dan Sains Reuters, Kate Kelland.
Aspirin, yang mulanya dikembangkan oleh Bayer, adalah obat murah yang bisa dibeli bebas dan digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri serta mengurangi demam.
Berbagai kajian sebelumnya telah mendapati bahwa mengkonsumsi aspirin dapat mengurangi resiko perkembangan kanker usus atau perut besar dan menyatakan obat tersebut memiliki dampak semacam itu dengan menghalangi enzim cyclooxygenase2, yang mendorong radang dan pemecahan sel dan ditemukan di tumor pada tingkat tinggi.
Di dalam studi Rothwell, yang disiarkan di The Lancet, para peneliti mendapati bahwa resiko kematian 20 tahun berkurang sebanyak 10 persen bagi penderita kanker prostat, 30 persen bagi pasien kanker paru-paru, 40 persen bagi kanker perut besar atau usus dan 60 persen bagi penderita kanker oesophageal pada orang yang mengkonsumsi aspirin.
Pengurangan pada kanker pankreas, perut dan otak sulit dihitung akibat jumlah kematiannya yang lebih sedikit.
Namun para peneliti tersebut menambahkan pengobatan dengan aspirin selama percobaan berlangsung hanya rata-rata antara empat dan delapan tahun, sehingga dampaknya pada resiko kematian akibat kanker mungkin tak mewakili hasil yang mungkin dicapai dalam pengobatan jangka yang lebih lama.
Peter Elwood, ahli mengenai aspirin dari Sekolah Medis Cardiff University yang tak terlibat dalam studi itu, menggambarkan aspirin sebagai "obat yang menakjubkan".
"Resiko pendarahan ini sangat kecil dibandingkan dengan manfaatnya," ia mengatakan kepada wartawan. "Ya, baiklah, tak bisa dipungkiri memang tragis jika seseorang dibawa ke rumah sakit dan diberi transfusi --gara-gara terjadi pendarahan di perutnya-- tapi dibandingkan dengan semua yang kami ingin cegah, itu tak seberapa."
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010