Kadis Dikbud Sultra Asrun Lio di Kendari, Kamis, mengatakan seluruh sekolah tidak hanya SMU dan SMK/sederajat namun juga SD dan SMP sederajat bisa mengikuti.
Asesmen Nasional adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Ada tiga komponen dalam Asesmen Nasional yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi dan Numerasi, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan.
"Khusus di Sulawesi Tenggara yang jadi penilaian adalah Asesmen Literasi (kemampuan berbahasa) dan Asesmen Numerasi (kemampuan menghitung). Dan setiap sekolah diikuti para siswa dalam jumlah terbatas hanya 45 orang yang kini duduk di bangku kelas dua," ujarnya.
Baca juga: Mendikbudristek: Asesmen nasional penting diadakan di tengah pandemi
Baca juga: Kemendikbudristek sebut Asesmen Nasional bukan sekadar pemetaan
Terkait jumlah sekolah yang mengikuti asesmen (pengganti ujian nasional), Asrun Lio mengungkapkan, untuk tingkat SMK ada 140 lebih sekolah, sedangkan tingkatan SMU sederajat 299 sekolah.
"Kalau untuk SMP dan SD sederajat, jumlahnya tentu lebih banyak lagi dan itu merupakan wewenang dari bupati dan walikota," tuturnya.
Pelaksanaan UN yang telah dilakukan 2020 dengan sistem daring (online) siswa ujian di rumah karena suasana masih Pandemi COVID-19, maka pemerintah pusat melalui Kemendikbud memutuskan bahwa pada 2021, UN dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) tak lagi dilaksanakan dan digantikan dengan Asesmen Nasional.
Menurut dosen Bahasa Inggris UHO Kendari itu, kebijakan Asesmen Nasional yang telah dirancang oleh Kemendikbud tidak hanya sebagai pengganti ujian nasional dan USBN, tapi juga sebagai pertanda telah adanya perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan.*
Baca juga: P2G minta Kemendikbudristek tunda pelaksanaan asesmen nasional
Baca juga: Survei Lingkungan Belajar ukur iklim keamanan sekolah
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021