"Populasi luwak (Musang) semakin hari kian bertambah, sehingga masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap binatang ini agar tidak lagi memangsa ternak unggas maupun buah tanaman," kata Masyarakat Pekon (Desa) way Ngison, Kecamatan Batu Ketulis Lampung Barat, Marsidi (43) sekitar 265 Km dari Bandarlampung, di Way Ngison, Selasa.
Dia mengatakan, binatang ini meresahkan sekaligus menguntungkan.
Menurut dia, meskipun menjadi hama, hewan ini memiliki nilai jual yang tinggi.
"Bertambahnya populasi luwak yang ada disebabkan beberapa pengusaha kopi sengaja melespasliarkan hewan tersebut, sehingga populasinya semakin bertambah di alam liar, selain itu, bertambahnya populasi luwak tentu akan membawa kekhawatiran sekaligus keuntungan, meskipun begitu luwak tetap menjadi primadona petani, sebab memiliki nilai jual yang tinggi," kata dia.
Kemudian lanjut dia, saat musim panen kopi, binatang ini perlu mendapat pengawasan yang ketat, sehingga hasil panen petani tdak mengalami penurunan.
Luwak "Musang" menjadi salah satu hewan yang cukup dicari, pasalnya jenis ini, mampu menghasilkan produk kopi dengan nilai yang tinggi.
Luwak akan menjadi hama, bila pasokan kopi di area perkebunan berkurang, sehingga hewan tersebut kerap memakan unggas, maupun buah diarea pertanian maupun perkebunan.
Meskipun menjadi hama, hewan ini kerap dicari, sebab jenis hama ini memiliki harga yang tinggi, karena dipakai sebagai media untuk menghasilkan produk perkebunan bernilai ekonomis tinggi.
Bertambahnya populasi luwak, akan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan produksi kopi luwak di tahun yang akan datang, sebab pengusaha dapat menangkap hewan ini dengan jumlah banyak, sehingga mampu menghasilkan produk kopi luwak berlimpah.
Lampung Barat sendiri sebagai wilayah yang menghasilkan produk kopi luwak yang memilki kualitas serta mutu yang baik, sehingga dari mutu tersebut, ketenaran kopi luwak Lampung Barat dapat di kenal hingga ke luar negeri.
Kualitas kopi luwak Lampung Barat terbaik dunia, sehingga menjadi pemikat bagi eksportir kopi dari beberapa negara menawarkan diri menjalin kemitraan terhadap pengusaha.
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lampung Barat ditanami komoditas kopi, menjadikan Lampung Barat sebagai sentra kopi di Provinsi Lampung, selain itu, dari komoditas kopi tersebut, Lampung Barat melahirkan produ kopi, diataranya kopi rasa dan kopi luwak.
Harga kopi bubuk luwak mencapai Rp750.000 per kilo, sedangkan harga kopi luwak glondong, atau yang masih berbentuk bulatan mencapai Rp200.000 per kilo.
Untuk mencegah agar hewan ini tidak memangsa ternak unggas, sebagian besar masayarakat yang berada dekat diarea perkebunan memasang perangkap, masyarakat dalam memburu luwak menghindari dengan menggunakan senapan ataupun senjata tajam lain, sebab bila hewan ini terluka, maka luwak tidak akan bertahan lama.
Tujuan masyarakat memasang perangkap, agar hewan tersebut tertangkap tidak akan cidera, dan dapat dijual kepada pengusaha kopi luwak, bila musim panen kopi tiba.
Harga binatang luwak mencapai Rp500 ribu hingga Rp650 ribu, harga tersebut tergantung besar ataupun kecilnya luwak.
Masyarakat lain yang berada di Pekon (Desa) Bakhu, Kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat, Umar T (37) mengatakan, memburu luwak cukup menguntungkan.
"Memburu luwak menjadi pekerjaan yang menguntungkan, selain area perkebunan aman, petani juga akan mendapat tambahan pendapatan dari penjualan luwak, bila hewan tersebut tertangkap," kata dia.
Dia menjelaskan, mendekati panen raya kopi, petani biasa memiliki luwak agar pendapatanya meningkat.
"Saat panen kopi, biasanya petani memburu untuk dijadikan sebagai media untuk menghasilkan kopi luwak, agar pendapatan petani semakin meningkat, selain itu saat ini petani kopi mulai berminat untuk menjadikan hasil panen menjadi kopi luwak, sehingga nilai jual kopi melonjak," katanya. (ANT-049/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010