Nairobi (ANTARA News/Reuters) - Polisi Kenya menangkap 346 warga asing di Nairobi dalam operasi besar-besaran setelah dua serangan granat dan penembakan pekan lalu menewaskan tiga polisi, kata sejumlah pejabat, Senin.
Serangan pertama terjadi di Eastleigh, daerah pinggiran Nairobi yang dihuni oleh banyak orang Somalia, ketika sejumlah orang tak dikenal melemparkan granat ke sebuah kendaraan polisi, yang menewaskan satu aparat.
Dalam serangan kedua, dua orang menembak mati dua polisi lalu-lintas.
Anthony Kibuchi, kepala kepolisian provinsi Nairobi, mengatakan kepada Reuters, 52 dari mereka yang ditangkap adalah warga Ethiopia, sementara sisanya orang-orang keturunan Somalia.
"Operasi keamanan terhadap warga asing dilakukan di berbagai penjuru Nairobi," kata Kibuchi. "Kami melakukan langkah-langkah lebih ketat untuk memastikan perayaan liburan bebas dari insiden dan meminta anggota masyarakat bekerja sama dengan polisi."
Sejumlah analis mengatakan, simpatisan kelompok gerilya Somalia Al-Shabaab mungkin mendalangi serangan-serangan itu.
Polisi Kenya melacak imigran gelap Somalia di Eastleigh dalam beberapa pekan ini dan juga mengincar tersangka pemberontak Ethiopia yang berlindung di negara itu, baik di wilayah utara maupun ibukota, Nairobi.
Polisi mengatakan, Sabtu, terlalu dini untuk menetapkan hubungan antara kedua serangan Jumat itu, namun mereka tidak mengesampingkan kemungkinan serangan militan.
Polisi Kenya juga mengatakan, mereka telah meminta bantuan Biro Penyelidik Federal AS (FBI) untuk membantu menyelidiki serangan-serangan itu.
FBI membantu negara tetangga Kenya, Uganda, menyelidiki serangan bom mematikan oleh gerilyawan Al-Shabaab di Kampala pada Juli.
Investor asing di Kenya, ekonomi terbesar Afrika yang berbagi perbatasan dengan Somalia, menyebut gerilyawan muslim garis keras di negara tetangga itu sebagai kekhawatiran serius.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab, kelompok muslim garis keras yang menguasai sebagian besar wilayah tengah dan tengah Somalia, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 76 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010