Jakarta (ANTARA) - Fajar Merah baru saja merilis album perdananya bertajuk "Dia Ingin Jadi Peluru (Tribute to Wiji Thukul)" yang berisi delapan lagu.
Semua lirik lagu pada album "Dia Ingin Jadi Peluru" diadopsi dari puisi karya Wiji Thukul. Enam lagu diaransemen oleh Fajar Merah, satu lagu diaransemen oleh Adi Tius dan satu lagu lainnya diaransemen oleh Dialog Dini Hari.
Baca juga: Mencintai pantai lewat "Bali's Big Eco Weekend"
Album ini dirilis bertepatan dengan hari lahir Wiji Thukul, ayah dari Fajar Merah, pada 26 Agustus 2021. Menurut Fajar, ia ingin memberikan penghargaan kepada tulisan ayahnya lewat musik.
Tajuk "Dia Ingin Jadi Peluru" diambil dari buku kumpulan puisi Wiji Thukul yang berjudul "Aku Ingin Jadi Peluru".
Fajar juga mengajak beberapa musisi dan satu aktor untuk ikut andil dalam proses pembuatan beberapa lagu, di antaranya Dadang S.H Pranoto, Gregorian Christ Mahendra, Edo Rivai dan Happy Mega Yovienta pada lagu "Puisi Untuk Adik".
Bagus Dwi Danto, Ananda Putra, Setyawan Cello dan Dwi Mahargini pada lagu "Ucapkan Kata-katamu". Lintang Bumi dan Aditya Susila dalam lagu "Semenjak Aku Berkenalan Denganmu".
Kemudian ada Gunawan Maryanto, Gregorian Christ Mahendra bersama Artaxiad Gamelannya, Sean (Seno) Hayward dan Gusti Arirang di dalam lagu "Momok Hiyong".
Baca juga: Kolaborasi kaya rasa Dialog Dini Hari dan Scaller
Baca juga: "Istirahatlah Kata-kata" jadi debut Melanie Subono di layar lebar
"Keberanian mas Fajar Merah untuk mengajak potensi lokal yang bersifat tradisional itu patut kita acungi jempol, karena mindset orang di jaman sekarang gamelan itu kuno, gamelan itu masa lalu (tapi) akhirnya patah di karya 'Momok Hiyong', itu karena mas Fajar membuktikan gamelan itu luwes, gamelan itu dapat melebur ke musik, terutama musik mas Fajar Merah," ujar Gregorian Christ Mahendra dalam keterangan resminya pada Kamis.
Sementara itu, Sean (Seno) Hayward mengatakan sangat tertarik dengan proses pembuatan dan ingin mendukung eksperimentasi dalam proses pembuatan musik.
"Mau ikut proses bareng supaya kita sama-sama belajar caranya untuk buat sesuatu di antara gamelan sama jenis-jenis musik lain tanpa merasa terpaksa tapi terasa natural," ujar Sean.
Artwork yang dipilih Fajar untuk album pertamanya ini berasal dari karya Bambang Nurdiansyah atau kerap disapa Bembeng. Sebab, Bembeng pernah membuat pameran Tugas Akhir (TA) dengan tema "Imajinasi Puisi-puisi Wiji Thukul". Artwork ini juga dipakai untuk lagu tunggal pertamanya.
Pada Februari 2021, Fajar Merah merilis musikalisasi puisi Wiji Thukul "Puisi Untuk Adik" sebagai lagu tunggal pertamanya. Disusul pada bulan Mei, ia merilis lagu kedua yang berjudul "Ucapkan Kata-katamu", lagu tersebut dulunya sempat dipopulerkan oleh Dialog Dini Hari.
Album "Dia Ingin Jadi Peluru (Tribute to Wiji Thukul)" sudah bisa didengarkan melalui platform musik digital.
Baca juga: Curahan hati putra Wiji Thukul
Baca juga: Ratusan buruh tonton film tentang Wiji Thukul
Baca juga: Sanggar Memetri Wiji berupaya bina budi pekerti anak
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021