pemanfaatan ekonomi hoya di Indonesia masih terbatas
Jakarta (ANTARA) - Profesor Riset Sri Rahayu, peneliti bidang botani di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong konservasi hoya, tanaman hias Indonesia, yang merupakan bahan obat dan bernilai ekonomis untuk pemanfaatan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
"Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan jenis hoya beserta variasi genetik di dalamnya. Namun, pemanfaatan ekonomi hoya di Indonesia masih terbatas dan belum menjadi prioritas konservasi nasional," kata Sri Rahayu saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Pengukuhan Profesor Riset yang diadakan LIPI di Jakarta, Rabu.
Dalam naskah orasi Profesor Risetnya yang berjudul "Konservasi Biodiversitas dan Pemanfaatan Berkelanjutan Hoya di Indonesia", Sri Rahayu menjelaskan hoya Indonesia telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu oleh masyarakat sebagai bahan obat tradisional dan kini sedang menanjak popularitasnya sebagai tanaman hias di dunia, bahkan sebagai bahan kosmetik.
Hoya memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap polutan pada suatu ruangan. Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, beberapa negara mulai melakukan bioprospeksi yang ditujukan sebagai bahan obat dan kosmetik.
Baca juga: Ahli IPB University mendorong pemanfaatan sumber-sumber biofarmaka
Baca juga: LIPI kembangkan beberapa formulasi imunomodulator herbal
Namun, lanjut Sri, berbagai tantangan masih banyak ditemui yakni identifikasi jenis hoya hingga penguasaan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan dan pemanfaatannya.
Sri Rahayu mengatakan riset karakterisasi terkait pemanfaatan hoya sebagai bahan obat dan kosmetik masih sangat sedikit, yaitu laporan pertama dunia mengenai temuan endofit hoya multiflora yang menghasilkan ekstrak bahan obat dan antioksidan.
Aplikasi untuk industri juga perlu ditindaklanjuti oleh para pihak yang terkait dengan menerapkan konsep konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hoya Indonesia.
Ia menuturkan hoya adalah tumbuhan epifit yang keberadaannya di alam sangat bergantung terhadap keberadaan pohon yang ditumpangi. Populasi hoya di Indonesia mengalami ancaman berupa penurunan kualitas dan kuantitas habitat, perubahan iklim, dan sumber daya genetik yang lari ke luar negeri.
Upaya riset di bagian hulu dan hilir untuk mendukung konservasi sekaligus pemanfaatan telah dilakukan di Kebun Raya Bogor sejak tahun 1994. Saat ini, sebanyak 77 persen hoya Indonesia telah dikonservasi di kebun raya Indonesia dan 16 jenis baru telah dideskripsikan.
Menurut Sri, hal yang paling penting dan mendasar adalah perlu ada pemahaman masyarakat terhadap arti penting diversitas hoya Indonesia sebagai aset bangsa yang perlu dipelihara dan dikelola dengan baik agar dapat meningkatkan kesejahteraan namun tetap lestari
Ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan dan mekanisme serta prinsip konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam hayati berkelanjutan menjadi masalah utama.
"Kesenjangan informasi masih sangat besar, terutama mengenai nama jenis, status kelangkaan serta metode perbanyakan dan budi daya yang baik," ujar Sri Rahayu.
Baca juga: BPPT kembangkan kawasan riset tanaman obat
Baca juga: Menanam pangan di rumah berarti menanam obat
Ia mengatakan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai aturan perdagangan tumbuhan hidup, baik untuk pasar di dalam maupun di luar negeri juga sangat minim sehingga terjadi penjualan yang tidak sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Sinergi dan kerja sama adalah faktor utama yang menjadi kunci keberhasilan untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hoya.
Sri menuturkan kemajuan teknologi informasi, kemajuan bidang omics atau berbagai disiplin ilmu di bidang biologi dan kecerdasan artifisial dapat dimanfaatkan serta dipadukan dengan data etnobotani dan data ekofisiologi untuk digunakan bagi pengelolaan diversitas hoya Indonesia baik untuk pemanfaatan maupun konservasi.
"Supaya manfaat ekonomi hoya Indonesia lebih banyak dinikmati oleh bangsa Indonesia sekaligus tetap menjaga kelestariannya, perlu dilakukan perencanaan strategis konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hoya Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak terkait," ujarnya.
Baca juga: Peneliti IPB: 80 persen tanaman obat dunia ada di Indonesia
Baca juga: Kisah Yazid, peneliti obat kanker dari tanaman Bajakah
Baca juga: Peneliti: 9.600 tumbuhan Indonesia teridentifikasi sebagai obat
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021