Pekanbaru (ANTARA News) - Sebanyak 28 orang imigran gelap Afghanistan yang kabur dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Riau, tanpa bekal dan hanya membawa satu helai pakaian yang mereka pakai saat melarikan diri.

"Mereka hanya bawa baju yang mereka pakai. Tak ada yang bawa tas atau lainnya," kata seorang imigran Afghanistan, Bashir Ahmad( 30), kepada ANTARA News di Rudenim Pekanbaru, Minggu.

Sebanyak 28 imigran gelap Afghanistan kabur dengan menggali terowongan dari sel tahanan hingga ke luar tembok tahanan setinggi tujuh meter pada Sabtu (4/12) malam. Petugas Rudenim baru berhasil menangkap seorang imigran yang kabur, Muhammad Jalile (28), di semak-semak yang jaraknya tak jauh dari Rudenim.

Bashir mengaku melihat kejadian itu karena dirinya berada di sel tahanan yang berada di seberang sel IE tempat 28 imigran melarikan diri. Menurut dia, Pekanbaru sedang diguyur hujan deras saat kejadian terjadi.

Para imigran secara bergantian kabur di sela waktu patroli petugas jaga Rudenim sekitar pukul 22.00 WIB. Ia mengatakan saat itu pintu sel tahanan belum dikunci karena Rudenim baru menguncinya pada tengah malam.

"Saya tak mau ikut, lebih baik sabar menunggu di sini," kata Bashir dalam bahasa Inggris terbata-bata.

Seorang imigran lainnya, Syed Adil Reza (20), mengatakan bahwa para imigran itu kabur karena merasa frustasi tak kunjung mendapat suaka ke negara tujuan.

Ia mengatakan, para imigran itu keluar dari Afghanistan karena perang yang tak berkesudahan dan berencana mencari suaka ke Australia.

"Ada yang sudah lebih dari tujuh bulan di tahanan, tapi UNHCR lamban menangani kami, tentu saja ada banyak yang memilih kabur," ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi Rudenim Pekanbaru yang tak layak juga menambah frustasi para imigran.

Syed Adil, yang menempati salah satu sel di lantai dua Rudenim Pekanbaru, mengatakan bahwa kondisi atap ruang tahanan banyak yang rusak dan bocor setiap hujan.

Kepala Rudenim Pekanbaru, Yanizur, mengemukakan bahwa para imigran yang kabur disebabkan karena tak sabar menunggu proses suaka dari organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Migrasi Internasional Organization (IOM).

"Mereka yang kabur adalah para pencari suaka dan banyak yang tak sabar. Tapi, lamanya proses tersebut bukan karena kesalahan pemerintah Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, salah satu hambatan lamanya proses suaka karena para imigran menggunakan nama palsu dan dokumen keimigrasian palsu. Hal itu menyebabkan proses pendataan memakan waktu lama.
(T.F012/A01/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010