Yogyakarta (ANTARA News) - Belasan ribu orang memenuhi sepanjang Jalan Malioboro hingga Tugu Yogyakarta, Minggu pagi, untuk memeriahkan Kenduri Jogja yang digelar Pemerintah Kota Yogyakarta bersama seluruh elemen masyarakat untuk menyuarakan ajakan datang ke Yogyakarta (Ayo ke Jogja).
Ribuan masyarakat tersebut mulai memenuhi Malioboro dan juga sepanjang Jalan Mangkubumi sejak pukul 06.00 WIB, dan terus bertambah hingga acara utama digelar sekitar pukul 07.00 WIB.
Masyarakat yang datang ke Kenduri Jogja tersebut juga membawa serta tumpeng yang menjadi simbol utama dari acara kenduri, serta ada sebuah tumpeng besar dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibawa prajurit bergada.
Tumpeng setinggi satu meter dari keraton tersebut, dilengkapi dengan tujuh ayam ingkung dan tujuh rupa sayuran serta lauk yang dimaknai agar masyarakat Yogyakarta selalu diberi pertolongan dan petunjuk oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Sebelum digelar acara kenduri, juga digelar sejumlah kegiatan seperti senam bersama yang diikuti ribuan masyarakat di sepanjang Jalan Malioboro karena setiap Minggu, jalan tersebut digunakan sebagai lokasi untuk senam bersama oleh masyarakat.
Namun demikian, komunitas masyarakat yang hadir di Malioboro tersebut tidak hanya dari komunitas senam pagi, tetapi juga dari komunitas sepeda dan juga masyarakat umum yang sengaja datang ke Malioboro dengan mengenakan baju peranakan.
"Yogyakarta adalah Yogyakarta kita, dan Yogyakarta adalah milik kita semua," kata Herry dari komunitas Jogja, yang mengenakan blangkon saat memberikan pidato untuk mengajak seluruh masyarakat untuk datang ke Yogyakarta.
Ia mengatakan, bersama dengan kegiatan tersebut diharapkan mampu menyuarakan pesan ke seluruh Tanah Air dan seluruh dunia tentang Yogyakarta yang aman, nyaman dan layak untuk dikunjungi.
Keamanan dan kenyamanan Yogyakarta, lanjut dia, adalah fakta meskipun tengah berduka karena adanya bencana letusan Gunung Merapi, namun kondisi tersebut tidak mengurangi kenyamanan bagi siapapun yang datang ke Yogyakarta.
(U.E013/C004/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010