Dalam diskusi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dipantau dari Jakarta, Rabu, Rahmawati mengatakan regulasi terkait penanggulangan risiko bencana telah banyak dibuat dan terbagi di beberapa kementerian dan lembaga.
Baca juga: Pakar: Keterlibatan komunitas penting untuk pengurangan risiko bencana
"Tetapi, belum holistik dan integratif," kata Rahmawati yang juga berperan sebagai Pengarah BNPB.
Selain itu, terdapat unsur bagaimana tidak semua daerah memiliki perhatian yang besar terhadap upaya mitigasi bencana. Dengan banyak penanganan bencana masih belum bersifat mitigatif, tapi cenderung reaktif.
"Regulasinya banyak, semua mengerjakan sendiri-sendiri, sehingga sudah berkoordinasi kemudian pemetaan dan pendataan aktor masih normatif," tegasnya.
Pentingnya kolaborasi dan kemitraan itu juga ditekankan oleh Country Director Asia Pasific Alliance for Disaster Management (APAD) Indonesia Sinta Kaniawati.
Kemitraan itu, kata Sinta, berbicara tentang upaya kolektif dan holistik dari berbagai sektor, karena ketika melakukan langkah mitigasi maupun ketika terjadi bencana, tidak bisa hanya fokus dilakukan terhadap satu aspek.
Kemitraan dari berbagai sektor itu juga dapat meringankan beban dan dapat mendorong pergerakan lebih cepat.
Baca juga: BNPB: Indonesia berkomitmen besar dalam penanganan bencana
Baca juga: LIPI:Pelajari ingatan kolektif untuk kurangi risiko bencana
"Cara pandang kolektif ini membuat perencanaannya akan berbeda dan solusinya nanti juga berbeda. Harapannya bisa membantu mengurangi risiko bagi semua pihak," kata Sinta.
Sinta menegaskan pentingnya memahami peran masing-masing. Ia mencontohkan sektor swasta tidak hanya dapat berperan dalam sektor pendanaan, tapi juga dapat dimanfaatkan dari sisi lain, seperti teknologi dan inovasi.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021