Kalianda (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda tidak terpantau dalam tiga hari terakhir, baik secara langsung maupun dengan seismometer.
Petugas Pos Pengamatan gunung api di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan Hamdani, di Rajabasa, Sabtu, mengatakan, hari ini tidak terpantau karena alat pemantau kegempaan sama sekali tidak mendapatkan energi dari pembangkit.
Ia menjelaskan, empat hari lalu panel surya sempat menyerap sinar matahari untuk solar pembangkit dan alat pendektesi kegempaan aktif selama sembilan jam, namun dua hari ini sama sekali tidak dapat memantau.
Hamdani menerangkan, panel surya masih tertutup debu vulkanik sehingga tidak menyerap sinar matahari untuk memasok solar pembangkit yang akan menyuplai energi ke alat penangkap kegempaan.
Sementara itu, secara visual juga tidak terpantau karena kabut putih tebal terus menutupi badan gunung api itu sehingga semua tampak berwarna abu-abu, apalagi kondisi cuaca berawan.
"Sepanjang hari ini mendung dan gerimis terus terjadi sehingga menganggu pengamatan petugas pemantau," terang dia.
Diperkirakan jumlah letusan tidak jauh berbeda dengan empat hari lalu. Dalam pantauan terakhir selama sembilan jam pada Rabu (1/12) dari pukul 08.10 hingga 17.32 WIB tercatat terjadi gempa vulkanik 28 kali, gempa vulkanik dangkal 36 kali, letusan 34, tremor atau gempa frekuansi tinggi 35, dan hembusan 56 kali.
Kemudian, ketinggian semburan material vulkanik diperkirakan masih pada kisaran 500 meter sampai 700 meter mengarah ke timur karena sempat tampak meskipun dalam waktu singkat.
"Asap krakatau mengatah ke timur atau jatuh di sekitar Pulau Rakata yang letaknya tidak jauh dari gunung tersebut," katanya.
Menurut dia, Anak Krakatau masih aman bagi warga dan nelayan di daerah terdekat seperti warga Pulau Sebesi dan pesisir pantai Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan.
Ia mengatakan bahwa aktivitas gunung tersebut dinyatakan masih tinggi atau level waspada, meskipun intensitas kegempaan cenderung menurun dengan jarak aman dua kilometer dari gunung berapi itu.
(ANT-048/M008/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010