Lhokseumawe (ANTARA News) - Banjir besar melanda tiga kabupaten/kota di wilayah timur Propinsi Aceh menyusul hujan lebat yang menguyur wilayah itu sejak Jumat (3/12) kemarin dan banyak warga mengungsi.
Banjir besar tersebut merendam Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe. Selain sekolah terpaksa diliburkan, ribuan warga mengungsi sehingga aktivitas masyarakat lumpuh total.
Di kabupaten Aceh Timur, banjir besar melanda kawasan Peureulak merendam ribuan rumah penduduk, sarana pendidikan, dan lahan pertanian padi petani setempat.
Sementara di Kabupaten Aceh Utara, banjir menggenangi sejumlah kecamatan, meliputi Matang Kuli, Pirak Timu, Parang Sikureung, Lhoksukon, Kecamaan Cot Girek, Geireudong Pase dan Kecamatan Samudra.
Banjir di kawasan itu disebabkan meluapnya sungai Krueng Peuto yang tidak mampu menampung air dari curah hujan dengan itensitas tinggi.
Masyarakat yang mengungsi di kawasan itu mencapai ribuan keluarga dan berada di Kecamatan Cot Girek kilometer-9, kilometer 10 dan kilometer 11. Banjir di kawasan tersebut ketinggian airnya mencapai pinggang orang dewasa. Pengungsi dilaporkan sangat membutuhkan tenda, makanan dan air bersih.
Dan banjir yang merendam Kota Lhokseumawe dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa meliputi pusat kota, Desa Kampung Cina, Lancang Garam, Desa Hagu Tengah, Hagu Selatan, Hagu Barat Laut, Desa Pusong, Kecamatan Banda Sakti.
Sejumlah sekolah di Lhokseumawe terpaksa diliburkan, banjir kali merupakan banjir terbesar di kota Lhokseumawe.
Ketua DPRK Lhokseumawe Syaifuddin Yunus didamping Ketua Komisi B Husaini MH yang turun ke lokasi pada Sabtu mengatakan, Pemko Lhokseumawe telah mengeluarkan maklumat bahwa tahun 2010 kota itu bebas dari ancaman banjir.
"Sekarang saya pertayakan kepada pemerintah kota Lhokseumawe, apakah waduk yang sudah rampung dikerjakan sudah diserahkan pihak Yakon selaku pelaksana kepada pemerintah kota Lhokseumawe, apakah fasilitas waduk sudah mencukupi kenapa waduk yang prioritasnya untuk penampung banjir terkesan tidak berfungsi," katanya.
Menurut Syaifuddin, bila kondisi banjir masih berlanjut, reservoa (waduk) tersebut bukan untuk pencegahan banjir, tapi waduk itu hanya sebatas mengindahkan kota Lhokseumawe semata.
Ditambahkannya, terkait waduk pencegah banjir tersebut, pihaknya belum menerima intrussi dari walikota Lhokseumawe yang menyebutkan waduk tersebut telah diserahkan oleh pihak pelaksana kepada pemerintah.
"Persoalan ini harus segera diselesaikan, kota ini harus terbebas dari cengkraman banjir sesuai program pemerintah. Masyarakat mengharapkan setelah waduk itu ada, banjir itu tidak ada lagi, tapi kenyataan saat ini banjir semakin melampui batas, kota ini lumpuh dari segala aktifitas," ujarnya.
(ANT-137*BDA1/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010