Hasil evaluasi juga menunjukkan penerapan protokol kesehatan di beberapa sektor sudah memperlihatkan hal yang cukup baik
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo kembali menyampaikan kabar baik terkait dengan upaya penanganan pandemi COVID-19, setidaknya dalam satu minggu terakhir.
Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat menyampaikan perkembangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terkini di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/8).
"Alhamdulillah atas kerja keras seluruh pihak dan rida Allah SWT dalam satu minggu terakhir ini sudah terjadi tren perbaikan situasi COVID-19," kata Presiden Jokowi.
Memang kita harus melakukan sinergi untuk menggenjot efektivitas PPKM menuju level 1, menjadi endemi. Mengapa harus sinergi? Sinergi menjadi pilihan terbaik untuk membangun spirit dan semangat menghadapi wabah COVID-19. Semangat dari sinergi bukan sekadar koordinasi atau kolaborasi, yang mudah diucapkan tetapi sulit dipraktikkan.
Sinergi adalah interaksi atau kerja sama yang melahirkan keseluruhan yang lebih besar dari pada jumlah sederhana bagian-bagiannya. Sinergi adalah kumpulan dari masing-masing komponen, unsur, bagian yang memiliki potensi energi diikat seperti kumparan yang saling berkaitan satu sama lain.
Inilah salah satu faktor utama mengapa dalam satu minggu terakhir ini sudah terjadi tren perbaikan situasi COVID-19.
Posisi semacam ini harus benar-benar disikapi dengan semakin solid oleh semua komponen, unsur, atau bagian yang secara bersama untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.
Sinergi berarti bergabung atau bekerja sama semua komponen bangsa, pemerintah (termasuk pemerintah daerah, TNI/Polri) --dunia organisasi swasta, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha-- sehingga masyarakat akan mampu menciptakan nilai lebih daripada dengan berjalan sendiri-sendiri.
Baca juga: PPKM Jawa dan Bali, ini persyaratan penerbangan di Bandara AP II
Hakikat bekerja bersama menghasilkan nilai lebih menjadi signifikan merupakan gabungan dari nilai masing-masing komponen. Tindakan strategis semacam itu menciptakan ruang lingkup kekuatan dengan mengeksploitasi sumber daya dan kemampuan masing-masing pihak.
Menurun
Berdasarkan data seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, tingkat positivity rate terus menurun dalam tujuh hari terakhir. Tingkat keterisian rumah sakit untuk kasus COVID-19 pun semakin membaik, di mana rata-rata angka BOR (Bed Occupancy Rate) nasional sudah berada di sekitar 27 persen.
Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk menambah wilayah aglomerasi di Jawa-Bali yang masuk dalam status level 3. Saat ini, wilayah Malang Raya dan Solo Raya masuk kategori level 3.
Untuk wilayah Jawa Bali terdapat penambahan wilayah aglomerasi yang masuk level 3, yakni Malang Raya dan Solo Raya sehingga wilayah yang masuk level 3 pada penerapan minggu ini, aglomerasi Jabodetabek, Bandung Raya dan Surabaya Raya, Malang Raya dan Solo Raya. Untuk Semarang Raya berhasil turun ke level 2.
Dengan demikian, secara keseluruhan di Jawa-Bali ada perkembangan yang cukup baik. Level 4 dari 51 menjadi 25 kabupaten/kota, level 3 dari 67 menjadi 76 kabupaten/kota, level 2 dari 10 menjadi 27 kabupaten/kota.
Sedangkan untuk wilayah di luar Jawa-Bali juga terjadi perbaikan. Level 4 dari tujuh menjadi empat provinsi. Level 4 dari 104 menjadi 85 kabupaten/kota, level 3 dari 234 menjadi 232 kabupaten/kota, dan level 2 dari 48 menjadi 68 kabupaten/kota, sedangkan level 1 dari tidak ada menjadi satu kabupaten/kota.
Hasil evaluasi juga menunjukkan penerapan protokol kesehatan di beberapa sektor sudah memperlihatkan hal yang cukup baik. Untuk itu, pemerintah kembali melakukan beberapa penyesuaian yang akan dijelaskan lebih rinci oleh kementerian koordinator dan kementerian terkait.
Meskipun demikian, kita semua tetap harus berhati-hati, sebagaimana pesan dan harapan Presiden Jokowi. Sekali lagi harus tetap berhati-hati dalam menyikapi tren perbaikan ini. Sangat perlu dan harus mempelajari perkembangan situasi COVID-19 di berbagai negara dan terus mengambil berbagai pelajaran penting dari berbagai sumber dan kejadian.
Baca juga: Epidemiolog ingatkan masa krisis COVID-19 belum berakhir
Informasi yang bisa dijadikan rujukan, Jokowi mengatakan bahwa beberapa negara yang penduduknya sudah divaksinasi sebanyak lebih dari 60 persen ternyata saat ini juga masih mengalami gelombang lonjakan kasus COVID-19 lagi. Hal ini terjadi karena masyarakatnya tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Oleh karena itu, kita harus bersama-sama menjaga agar kasus COVID-19 tidak naik lagi. Kuncinya sederhana, segera ikut vaksin, disiplin terapkan protokol kesehatan. Elite, baik dari kalangan pemangku kepentingan dan pemuka serta tokoh masyarakat memberi contoh untuk tidak mengadakan acara yang sangat berpotensi mengundang kerumunan.
Sinergi
Dengan cara melakukan sinergi, kita genjot agar efektivitas PPKM menuju level terendah yakni level 1, sehingga endemi terwujud dan tercapai.
Apakah manfaat sinergi ? Sinergi melibatkan dua entitas atau bahkan lebih dengan sumber daya atau kemampuan yang saling melengkapi. Ini yang kemudian membawa manfaat timbal balik, terutama ketika kerja sama atau kegiatan mendukung tujuan yang sama, menurunkan level 4 ke level yang lebih rendah.
Selain itu, menjaga dan mengawalnya agar tidak meningkat lagi levelnya.
Pelibatan ahli kesehatan, ahli ekonomi, pemerintah daerah yang tahu karakter masyarakatnya, tahu kemampuan daerahnya serta apa yang dibutuhkan. TNI dan Polri memiliki disiplin dan integritas buat bangsa dan negara tidak perlu diragukan lagi.
Apa nilai lebih dari sinergi? Nilai dari sinergi ini adalah pertama, penghematan biaya karena sarana prasarana serta infrastruktur di masing-masing komponen sudah tersedia. Hal ini bisa mengurangi biaya membangun termasuk jaringan sudah tersedia.
Kedua, terbuka peluang dengan melibatkan komponen pusat dengan daerah. Ketiga, meningkatkan posisi tawar dan kualitas ketika menangani COVID-19 dan memberi solusi lebih komprehensif karena masalahnya juga kompleks. Keempat, akan semakin meningkat kompetensi masing-masing sesuai dengan keahliannya. Kelima, pengambilan keputusan akan jauh lebih baik.
Baca juga: Pengetatan dan pelonggaran PPKM disesuaikan kondisi kasus di daerah
Penanganan memutus mata rantai penularan COVID-19, perlu langkah yang luar biasa karena kejadiannya juga luar biasa. Langkah ini perlu dipertebal mengingat jangan sampai ada gelombang ketiga COVID-19.
Dahulu, ketika muncul COVID-19 gelombang pertama, kita tidak terbayang akan muncul gelombang ketiga. Ternyata muncul dan wabahnya semakin hebat.
Sinergi adalah suatu bentuk dari suatu proses atau interaksi yang menghasilkan keseimbangan yang harmonis sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimum.
Ada beberapa syarat utama penciptaan sinergi, yakni kepercayaan, komunikasi yang efektif, umpan balik yang cepat, dan kreativitas.
Agar bisa menyatukan seluruh komponen dan elemen untuk bahu-membahu, perlu kepemimpinan dengan gaya manajemen sinergi. Kepemimpinan jenis ini diyakini dapat membangkitkan kepercayaan antarindividu di dalam organisasi penanganan COVID-19.
Gaya kepemimpinan ini juga mampu membangun komunikasi yang tidak ditunda-tunda untuk mencegah distorsi pesan serta membudayakan umpan balik yang cepat sebagai pola hubungan yang erat, baik vertikal maupun horizontal.
Dengan demikian, tidak perlu ragu dan malu ketika sebuah kebijakan publik ternyata kontraproduktif, karena dengan cepat bisa ditinjau ulang.
*) Drs. Pudjo Rahayu Risan, M.Si. adalah pengamat kebijakan publik, fungsionaris Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Semarang, dan pengajar tidak tetap STIE Semarang serta STIE BPD Jateng
Baca juga: Pengamat: Penurunan kasus COVID-19 menunjukkan efektivitas PPKM
Baca juga: Ahli: PTM harus hati-hati karena berbarengan dengan pelonggaran sosial
Baca juga: Satgas COVID-19: Persentase kesembuhan di Indonesia meningkat tinggi
Copyright © ANTARA 2021