Jakarta (ANTARA News) - Provinsi Jambi melalui sejumlah perusahaan pertambangan minyak yang beroperasi di daerah itu, setiap hari mampu memproduksi minyak sebanyak 35.000 barel, kata Kepala Perwakilan Badan Pengelola Minyak dan Gas Sumatera Bagian Selatan Rudianto Rimbono.

"Produksi minyak Jambi mencapai 35.000 barel per hari yang dihasilkan oleh perusahaan pertambangan minyak di Jambi. Minyak tersebut dikirim ke Sumatera Selatan untuk diolah," katanya di Jakarta, Jumat.

Pernyataan tersebut disampaikan ketika menjawab pertanyaan wartawan saat menerima rombongan "press tour" wartawan dan Biro Humas dan Protokol Setda Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi.

Ia mengatakan, di Sumatera, saat ini ada tiga daerah utama yang memproduksi minyak dan gas, yaitu Provinsi Riau, Sumatera Selatan dan Jambi, ditambah beberapa daerah yang juga punya potensi menghasilkan minyak.

Sekalipun produksinya masih kecil, namun produksi minyak di Jambi telah memberi manfaat bagi daerah penghasil melalui dana bagi hasil (DBH) yang diperoleh setiap tahun.

Mengutip data Kementrian Keuangan, Rudianto menjelaskan, DBH yang didapat Jambi selama 2009 mencapai Rp489 miliar, jumlah DBH tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Selain itu, Jambi juga memproduksi gas yang jumlahnya cukup besar dan memberikan sumbangan yang cukup besar bagi daerah melalui DBH," katanya tanpa merinci jumlah yang diterima.

Di Provinsi Jambi saat ini, menurut Rudianto, ada tujuh perusahaan yang memproduksi minyak dan gas, empat perusahaan lainnya dalam tahap eksplorasi, sehingga dalam beberapa tahun mendatang bukan tidak mungkin produksi minyak dan gas di Jambi terus bertambah.

"Kalau perusahaan yang kini tengah melalukan eksplorasi itu bisa meneruskan ke tahap eksploitasi, dipastikan akan menambah produksi minyak di Provinsi Jambi," ujarnya.

Sementara itu, ketika ditanya soal pemanfaatan kembali beberapa sumur minyak tua, ia mengatakan, hingga saat ini dari tiga sumur tua yang ditawarkan belum ada yang diminati oleh daerah.

Pemerintah melalui BP Migas menawarkan sumur-sumur tua tersebut kepada daerah untuk diolah kembali oleh badan usaha milik daerah atau koperasi, namun hingga kini belum ada peminatnya.

Sumur-sumur tua yang ditawarkan itu adalah sumur yang pernah berproduksi di bawah tahun 1970 yang berada di wilayah kerja kontraktor, tambah Rdianto Rimbono. (E003/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010