Lalu lalang ribuan kendaraan besar dengan berbagai janis angkutan mulai dari minyak, sembako, dan barang-barang ekspor impor lainnya merupakan hal yang biasa di Kota Mutiara Pantai Sumatera, Dumai.
Selain dikenal dengan industri pengelolaan minyak, kota yang berada pada wilayah Provinsi Riau ini juga dikenal dengan banyaknya pelabuhan atau dermaga tempat bersandarnya kapal-kapal besar dengan kapasitas muat ribuan ton.
Hal ini sudah menjadi kewajaran mengingat Dumai merupakan kota tempat transit segala jenis barang ekspor impor terutama bahan bakar minyak (BBM) dan "crude palm oi" (CPO) atau minyak kelapa sawit.
Kota yang saat ini berada dibawah kepemimpinan Wali Kota H Khairul Anwar dan wakilnya dr Agus Widayat, saat ini sedang bergeliat membangun segala infrastruktur di tengah krisis keuangan yang mendera.
Minimnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan merupakan alasan pemerintah setempat tidak dapat membangun Dumai dengan cepat dan maksimal.
Segala infrastruktur seperti gedung perkantoran dan jalanan sejauh ini masih sangat memprihatinkan, mengingat tidak adanya penyertaan modal untuk memperbaiki yang rusak dan membangun yang belum ada.
Kota Dumai yang berada sekitar 188 km dari Ibu Kota Riau, Pekanbaru ini juga dikenal dengan kota seribu industri. Julukan tersebut muncul karena terdapat lebih dari 300 perusahaan industri aktif di daerah ini baik itu industri perusahaan asing ataupun yang dikelola oleh dalam daerah.
Kendati dihuni oleh banyak perusahaan industri, namun tetap saja pemerintah masih kekurangan anggaran dalam pengembangan wilayah. Wali Kota H Khairul Anwar, dalam pertemuan bersama satuan kerja dilingkup pemerintahannya dan Anggota DPRD Dumai beberapa waktu lalu secara terbuka membahas permasalahan tersebut.
Pada kesempatan itu, Khairul menguraikan program kepemimpinannya dalam mewujudkan Dumai yang lebih baik. Salah satunya adalah memaksimalkan pendapatan asli daerah (PAD) dari berbagai lini sektor baik darat, laut, maupun udara.
Setelah penggalian PAD tersebut maksimal, Khairul berencana akan memutar uang hasil daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi tersebut untuk membangun objek wisata di Kota Dumai.
Hal ini dilakukannya guna mewujudkan Dumai menjadi kota wisata yang tidak hanya kaya adat budaya, namun berbagai objek yang dapat dinikmati oleh berbagai pendatang atau wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Menurut Khairul, Dumai memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kota wisata. Selain karena jaraknya yang sangat dekat dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, potensi alam dan lingkungan yang eksotis juga dapat dikembangkan sebagai alternatif wisata di Kota Dumai selain wisata lain yang sudah berkembang.
Dikatakan, sejumlah pelabuhan di Kota Dumai yang selama ini tidak terawat dan kurang terkelola dengan apik nantinya juga akan didesain semenarik mungkin untuk kemudian dikembangkan menjadi salah satu objek wisata.
Pengembangan Lingkungan
Nantinya, pada perencaan ini, dikatakan Khairul, penduduk lokal dapat mengembangkan jasa-jasa lingkungan dan sosial ekonomi spesifik di wilayahnya masing-masing. Momentum tradisi, budaya dan eksotisme lingkungan lokal dapat dikemas sebagai produk wisata dan dapat dikembangkan sebagai desa wisata yang mampu menarik pengunjung dari luar wilayah.
Budaya lokal ini, pada gilirannya akan menghasilkan insentif untuk mengkonservasi system produksi pertanian, nilai-nilai tradisi, dan budaya serta lingkungan. Hal tersebut memerlukan proses pembelajaran diiringi kemampuan berwirausaha.
Menelaah karakteristik kewirausahaan, terang Khairul, penduduk lokal sangatlah bermanfaat untuk menghasilkan model bagi pemberdayaan sosial ekonomi penduduk lokal dalam ekowisata. Konsepsi pembangunan berkelanjutan perlu diimplementasikan pada tingkat kapasitas lokal.
Ekowisata merupakan salah satu pintu masuk atau sektor ril yang relevan dalam upaya konservasi lingkungan dan budaya lokal untuk pembentukan kota wisata. Namun demikian, upaya pengembangan kota wisata dengan melibatkan penduduk lokal bukan hal yang mudah. Kemampuan kewirausahaan merupakan kata kunci bagi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat agar mereka mampu mengoperasikan jasa ekowisata dan menikmati kesejahteraan.
Pernyataan sejumlah ahli menyebutkan bahwa kewirausahaan dalam jasa ekowisata belum berkembang secara memuaskan. Penduduk Kota Dumai, juga sebaiknya terlibat dalam jasa pemanduan, transportasi, dan penginapan dengan kualitas layanan yang terbatas. Proses pembelajaran sangat penting agar jumlah penduduk lokal secara nyata memahami kewirausahaan ekowisata dan dapat membantu pemerintah untuk menjadikan Dumai sebagai kota wisata dengan sumber daya manusia yang handal. (ANT/K004)
Oleh Oleh Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010