Jakarta (ANTARA News) - Sukses perusahaan milik negara (BUMN) di China menjadi pemain dominan dalam cakupan global tidak terlepas dari pemilihan strategi yang tepat bagi setiap BUMN.

Pakar ekonomi China, Professor Xiao Geng, dalam sebuah dialog di Jakarta, mengatakan, strategi pengembangan perusahaan negara di China termasuk unik, lebih seperti sebuah paradoks. Ketika di satu sisi pemerintah China gencar-gencarnya melakukan privatisasi dan pembangunan berorientasi pasar, di sisi lain perusahaan negara di dorong untuk menjadi aktor dominan dalam perekonomian China, yang kini juga mendominasi perekonomian global.

Xiao yang meneliti perkembangan perusahaan negara di China menyimpulkan bahwa kunci pertama perkembangan perusahaan negara di China karena pemerintah China cenderung mempertahankan aset perusahaan negara yang bergerak di sektor strategis.

Sementara untuk perusahaan negara yang mengalami penurunan keuntungan, khususnya di sektor tempat pasar bersaing begitu ketat, pemerintah China menerapkan strategi privatisasi.

Perusahaan negara di China memang bergerak di bidang-bidang strategis seperti infrastruktur, perbankan, energi, sumber daya alam, dan telekomunikasi.

Dalam artikelnya yang berjudul "State-Owned Enterprises in China, Reform Dynamic and Impacts", Xiao yang berasal dari Columbia University itu juga menjelaskan bahwa ketika sebuah perusahaan negara semakin menguntungkan, pemerintah akan menerapkan strategi ketiga yakni memperkuat monopoli mereka.

Hal itu menandakan bahwa privatisasi di perusahaan negara di China ditentukan oleh kepentingan implisit pemerintah yang ingin memaksimalkan aset finansial, sosial, dan politik sembari meminimalisasi kewajiban di aspek yang sama.

Kesimpulan Xiao itu terlihat gamblang dari data perkembangan jumlah dan aset perusahaan negara di China sejak tahun 1995 hingga tahun 2005. Pada tahun 1995 jumlah perusahaan negara yang bergerak di pasar di China mencapai 12.128 dan hanya tinggal 1.975 perusahaan pada 2005. Tetapi penurunan jumlah itu tidak begitu terasa pada berkurangnya aset yang hanya berkurang dari 1819 miliar Yuan ke 1423 Yuan pada periode yang sama.

Sementara pada sektor usaha strategis penurunan jumlah perusahaan terkesan tidak berarti banyak, dari 2.979 pada 1995 menjadi 2.024 pada 1995, tetapi sebaliknya nilai aset justru bertumbuh dari 1,99 triliun Yuan menjadi 4,66 triliun Yuan dalam jangka waktu yang sama.

Xiao mencatat jumlah aset perusahaan negara di pasar usaha strategis mencapai 56 persen dari total aset pada 2005. Sementara untuk pasar kompetitif, jumlah aset perusahaan negara hanya sekitar 15 persen dari total aset waktu yang sama.

Akan tetapi perkembangan perusahaan negara itu tidak serta merta mematikan peluang dari perusahaan swasta, justru terjadi yang sebaliknya. Indikatornya adalah peningkatan nilai aset perusahaan swasta yang hanya 246,6 miliar Yuan pada 1995 meningkat menjadi 545,8 miliar Yuan pada 2005.

Selain itu keuntungan yang didulang pun meningkat dari 58,2 miliar Yuan menjadi 812,6 miliar Yuan pada periode yang sama.

Perkembangan di sektor swasta itu bisa tercapai karena pertama monopoli perusahaan negara pada sektor strategis pemerintah bisa semakin mengembangkan jaringan infrastruktur yang semakin luas. Yang kedua dengan mengontrol sektor strategis otomatis pemerintah juga bisa menekan harga komoditas atau jasa strategis seperti listrik, air, dan energi tetap rendah.
(Ber/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010