Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia terus memantau dan mempelajari isi dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat yang dibeberkan oleh laman "Wikileaks" karena beberapa di antaranya disebutkan terkait dengan Indonesia.

"Kita kumpulkan dulu, pelajari, sekarang tahap pengumpulan, ... dan mereka mengatakan ada kategori rahasia, ada kategori yang tidak rahasia dan juga ada yang agak sensitif. Kita kumpulkan dulu," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, di Jakarta, Jumat, seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima CEO Forbes Media Steve Forbes.

Menurut Tifatul, hasil dari pengumpulan tersebut kemudian akan dilaporkan kepada tim khusus di bawah koordinator Menko Polhukam Djoko Suyanto.

Saat ditanya apakah Pemerintah Indonesia akan memberikan klarifikasi atas isi dokumen tersebut pada saatnya nanti, Tifatul mengatakan, "informasi (dalam Wikileaks) itu disimpan oleh Amerika Serikat dan dibobol Wikileaks. Belum tentu semuanya benar. Kalau tidak benar... kalau propaganda kita harus jawab `kan".

Namun, dia menjelaskan bahwa informasi yang dibeberkan dalam Wikileaks bukan informasi rahasia dan dokumen Indonesia melainkan rahasia Indonesia yang disimpan Amerika Serikat.

"Bukan rahasia negara (Indonesia). Katanya sumbernya Kedubes AS di Jakarta, bukan informasi Indonesia yang di Indonesia, tapi rahasia Indonesia yang disimpan AS. Ada sekitar 3.000-an item," katanya.

Sebelumnya, Menlu dan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring telah diperintahkan untuk memantau isi laman Wikileaks oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto.

Beberapa waktu terakhir beredar kabar bahwa Wikileaks akan membongkar memo-memo dari Kedubes AS yang menyoroti pertahanan di Indonesia, termasuk isu tentang Kopassus yang akan kembali bekerja sama dengan militer AS.

Pembocoran dokumen rahasia Amerika Serikat oleh Wikileaks terus mengundang perhatian media, terutama dari negara yang merasa dirugikan atas bocornya dokumen rahasia tersebut, bahkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Sekjen PBB Ban Ki-moon sempat membahas hal itu pada Rabu (1/12).

Keduanya membahas "kekacauan" yang disebabkan oleh pembocoran dokumen-dokumen rahasia Wikileaks yang menduga AS memata-matai pemimpin badan dunia itu secara rinci.

Laman Wikileaks telah menyebarkan sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat yang terkait dengan hubungan dengan sejumlah negara.

Akibat hal itu, lembaga polisi dunia atau Interpol menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap pendiri laman itu, Julian Assange (39).

Assange yang mantan peretas komputer kini menjadi pusat perhatian dunia setelah Wikileaks membocorkan ribuan pesan diplomatik rahasia AS di akhir pekan lalu.

Assenge yang lahir di Townsville, Queensland, bersembunyi sejak Wikileaks secara kontroversial menyebarkan lebih dari 250.000 dokumen rahasia milik Pemerintah AS. (*)
(T.G003*F008/A041)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010