Empat kapal riset ini mempunyai kemampuan melakukan pemetaan batimetri

Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mempunyai dan mengelola empat kapal riset, yakni Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I, II, III dan IV untuk melakukan riset kelautan dalam mendukung program nasional terkait pengumpulan dan kelengkapan data batimetri.

"Empat kapal riset ini mempunyai kemampuan untuk melakukan pemetaan batimetri yang lengkap mulai dari perairan dangkal sampai laut dalam," kata Hammam dalam webinar dengan tema Peran Teknologi Pemetaan Laut Dalam untuk Mendukung Program Batimetri Nasional, Utilitas Bawah Laut dan Ekstensi Landas Kontinen Indonesia di Jakarta, Selasa.

Dengan memanfaatkan empat kapal riset itu, Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT dapat melakukan survei batimetri atau pemetaan kedalaman atau topografi dasar laut.

Pemetaan kedalaman laut atau batimetri itu dilakukan dengan menggunakan multibeam echosounder (MBES) dan singlebeam echosounder (SBES) yang terpasang (mounted) pada kapal maupun portable.

Beberapa MBES yang dimiliki BPPT yakni MBES Teledyne Hydroswept DS mounted di KR Baruna Jaya I yang dapat memetakan laut sampai kedalaman 11.000 meter (m) atau 11 kilometer (km) dan merupakan satu-satunya yang dipunyai oleh Indonesia saat ini.

Baca juga: BPPT usulkan revitalisasi pelabuhan khusus kapal riset

Baca juga: BPPT siapkan Baruna Jaya I teliti penyebab tsunami Selat Sunda

Kemudian, MBES Kongsberg EM304 mounted di KR Baruna Jaya III dapat memetakan laut sampai kedalaman 8.000 m atau 8 km. MBES Elac Seabeam 3050 portable yang dapat digunakan di KR Baruna Jaya II dan IV berfungsi untuk memetakan laut sampai kedalaman 3.000 m atau 3 km.

Selanjutnya, MBES Elac Seabeam 1180 portable dapat digunakan untuk memetakan laut dangkal sampai kedalaman 600 m menggunakan kapal non-Baruna Jaya.

Melengkapi MBES tersebut, BPPT juga mempunyai peralatan singlebeam echosounder (SBES) untuk pemetaan laut dalam seperti Knudsen SBP di KR Baruna Jaya 1 hingga kedalaman 6.000 m, SBES Syqwest bathy 2000 di KR Baruna Jaya III hingga kedalaman 4.000 m dan SBP Orotech di KR Baruna Jaya 4 hingga 4.000 m.

Hammam mengatakan berbagai peralatan teknologi pemetaan untuk survei batimetri itu telah digunakan untuk berbagai kegiatan program nasional baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta termasuk untuk keperluan Batimetri Nasional, ekstensi Landas Kontinen Indonesia dan berbagai keperluan untuk utilitas bawah laut seperti pipa bawah laut dan kabel serat optik untuk komunikasi, serta peralatan deteksi tinggi muka air laut untuk iklim dan kebencanaan.

Selain itu, sebagai bagian dari komponen proses survei kelautan di Balai Teknologi Survei Kelautan, terdapat Teknologi Command Center yang berlokasi strategis di kantor balai itu, tepatnya di Gedung BJ. Habibie di lingkungan Gedung BPPT di Jakarta.

Selain berfungsi sebagai Pusat Pengendalian Operasi Survei, Command Center tersebut juga berperan sebagai Office Assisted Remote Services (OARS), yaitu teknologi eksklusif yang memungkinkan dapat membantu akuisisi dan pengumpulan data yang aman dan efisien tanpa memerlukan staf survei khusus di atas kapal survei.

"Karenanya, Command Center ini nantinya juga dapat memiliki peran penting dalam membantu mempercepat atau melengkapi data Batimetri Nasional," ujar Hammam.

Baca juga: Kapal riset BPPT teliti Laut Sulawesi

Baca juga: BPPT tingkatkan kemampuan kapal riset Baruna Jaya I

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021