Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar kampanye pola hidup bersih dan sehat kepada pengungsi Merapi di tiap posko pengungsian.
"Kami sudah melakukan kampanye tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat, dalam menjaga dan menciptakan PHBS tidak hanya pada saat bencana saja, tetapi setiap waktu perlu menjaga PHBS," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Hikmatul, di Yogyakarta, Kamis.
Ia mengatakan tujuan diadakan kampanye PHBS ini yakni untuk menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.
"Dalam PHBS tersebut meliputi lima tatanan PHBS yaitu dalam tatanan rumah tangga, institusi kesehatan, sekolah dan tempat umum serta tempat kerja," katanya.
PHBS sangat penting dan perlu dipahami oleh masyarakat, kata dia, masyarakat harus menjaga dan menerapkan PHBS di lingkungan, baik itu ketika di di lingkungan rumah maupun di lingkungan pengungsi.
"Pola hidup sehat dan bersih ini harus terus diterapkan oleh masyarakat,misalnya untuk PHBS di tatanan rumah tangga, masyarakat harus wajib menerapkan dan menjaga pola hidup sehat dan bersih. Ketika seorang anak pada waktunya harus diimunisasi, meskipun di pengungsian anak tersebut tetap harus diimunisasi, jadi jangan sampai karena di pengungsian tidak diberi imunisasi," katanya.
Sementara itu, kata dia, saat bencana Merapi pihaknya telah melakukan kampanye kesehatan berupa kegiatan promosi dan preventif secara integrasi ada beberapa kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan.
"Kami telah melakukan sejumlah kegiatan di antaranya penyehatan lingkungan dan penyehatan mental kepada para pengungsi," katanya.
Sejauh ini, ia mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya agar masyarakat mau dan mampu untuk menangani masalah lingkungan. "Salah satunya kami telah melakukan kampanye yang bekerja sama dengan LSM dan Media Group, bagaimana menjaga lingkungan dan berprilaku hidup sehat dengan mengajak masyarakat di posko pengungsi untuk bekerjabakti secara bersama-sama," katanya.
Abaikan kesehatan
Kalangan warga korban letusan Gunung Merapi dinilai sering mengabaikan kesehatan mereka, sehingga dikhawatirkan rentan terkena serangan berbagai penyakit.
"Oleh karena itu, kami mengimbau kalangan warga yang menjadi korban letusan Gunung Merapi agar mewaspadai penyebaran penyakit pascaerupsi karena mereka sering mengabaikan kesehatan dan malah memprioritaskan hal lain," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Daryanto Chadori, di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, jika masalah kesehatan tidak menjadi prioritas kalangan warga korban letusan Gunung Merapi, maka dikawatirkan banyak penyebaran berbagai penyakit yang mungkin terjadi karena lingkungan sekitar yang kurang sehat.
Ia mengatakan penyakit yang mungkin muncul di antaranya dari bangkai hewan, unggas, dan manusia yang belum ditimbun maupun yang telah tertutup abu vulkanik Gunung Merapi.
"Jika kualitas lingkungan yang sehat tidak terjaga maka masalah yang akan muncul terjadi wabah berbagai penyakit seperti campak, penyakit kulit, pernapasan saluran akut, pencernaan, pes, dan lainnya," katanya.
Daryanto mengatakan jika wabah penyakit di kawasan Gunung Merapi tidak muncul, maka Dinas Kesehatan telah melakukan beberapa langkah di antaranya penyediaan/pengamanan air bersih, pengamanan pembuangan kotoran manusia, dan limbah cair domestik.
Bahkan, kata dia, Dinas Kesehatan telah melakukan pengamanan pembuangan sampah, pengendalian vektor, pengendalian tikus, pengamanan makanan/minuman, dan desinfeksi permukinan.
Ia mengatakan dalam rangka mewujudkan lingkungan masyarakat yang sehat pascaerupsi Gunung Merapi perlu digalakkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"PHBS ini tidak hanya ditujukan untuk kalangan masyarakat korban erupsi Gunung Merapi, namun juga dilakukan di tempat-tempat umum, lingkungan sekolah, dan lingkungan kerja," katanya.
Perbaikan saluran air
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum hingga saat ini belum bisa melakukan perbaikan kerusakan saluran air, terutama yang bersumber di lereng Gunung Merapi karena belum ada rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi.
"Perbaikan saluran dan akses air bagi masyarakat sekitar lereng Merapi memang saat ini belum bisa dilakukan karena sampai saat ini belum ada rekomendasi dari PVMBG," kata Direktur Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dani Sutjiono, Kamis.
Ia mengatakan prioritas perbaikan akan dilakukan jika kondisi sudah aman.
Menurut dia pihaknya siap mengaktifkan kembali sumber air dari lereng Merapi yang rusak terkena erupsi Merapi.
"Saluran yang rusak terkena erupsi Merapi sampai saat ini belum di survei, namun pengamatan langsung kerusakan pada pipa-pipa air minum yang hilang sudah dilakukan. `In take` yang terkena awan panas perlu segera diperbaiki. Perbaikan saluran ini menjadi prioritas," katanya.
Sedangkan Kepala Satuan Kerja Pengembangan Air Minum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Hardjono Sudjanadi mengatakan kerusakan belum di data. "Yang sudah pasti mengalami kerusakan adalah jembatan saluran pipa di Wonokerto Kecamatan Turi," katanya.
Ia mengatakan saat ini pembangunan sarana air difokuskan di lokasi pembangunan "shelter" atau rumah hunian sementara untuk 2.853 kepala keluarga.
"Sumber air yang akan digunakan yakni sumur dangkal, satu sumur untuk 50 kepala keluarga di enam lokasi Shelter. Satu sumur menghabiskan biaya sebesr Rp15 juta," katanya.
Masih terkait dengan urusan air, "General Electric", Direktorat Jenderal Cipta Karya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Kementerian Pekerjaan Umum memberi bantuan unit pemurni air untuk memenuhi kebutuhan air bersih pengungsi letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo, Depok, Kabupaten Sleman.
Presiden "General Electric" (GE) Indonesia Handry Satriago, Kamis, mengatakan bersyukur dapat membantu sesama yang sedang tertimpa musibah dengan membaktikan teknologi dan keahlian yang dimiliki.
"Hampir genap satu tahun alat yang kami sumbangkan ke Pemerintah RI beroperasi untuk membantu korban gempa bumi di Sumatra Barat pada 2009, dan kini alat tersebut ditempatkan di Stadion Maguwoharjo untuk membantu korban bencana Merapi," katanya.
Menurut dia, "GE Mobile Water Unit" yang dioperasikan memiliki kapasitas 720 liter per hari untuk membersihkan air sungai sehingga diharapkan dapat membantu pasokan air bersih guna melayani para pengungsi.
"Setiap harinya mesin ini memasok 500 ribu hingga 600 ribu liter air bersih melalui jalur distribusi Direktorat Jenderal Cipta Karya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya.
Ia mengatakan untuk memindahkan dan mengoperasikan "GE Mobile Water Unit" yang kini bernaung di bawah Kementerian Pekerjaan Umum ini, GE menyumbangkan dana dan tenaga ahli baik untuk instalasi dan operasi.
"Selain bantuan `GE Mobile Water Unit` untuk korban Merapi di Yogyakarta, GE dan karyawannya juga menyalurkan bantuan untuk meringankan beban korban bencana maupun membangun kembali daerah yang rusak melalui program `matching gift`," katanya.
Handry mengatakan program "matching gift" adalah program dimana Yayasan GE Foundation mengadakan sumbangan karyawan GE yang disalurkan melalui "Habitat For Humanity Indonesia".
"Melalui `Habitat For Humanity Indonesia` ini akan membangun atau memperbaiki tempat tinggal bagi korban bencana alam Merapi maupun Mentawai," katanya.
Bantuan Rp200 juta
Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan Siti Hartinah Soeharto menyerahkan bantuan uang sebesar Rp200 juta untuk korban bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bantuan diserahkan oleh bendahara Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan Siti Hartinah Soeharto (YDGRKSHS) Siti Hediati Hariyadi kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tri Herjun Ismaji di Kepatihan Yogyakarta, Kamis.
Siti Hediati mengatakan dirinya mewakili YDGRKSHS menyampaikan simpati dan rasa prihatin yang mendalam atas penderitaan korban bencana alam Merapi. Bantuan itu sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian kepada korban bencana Merapi.
"Kami berdoa dan berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan keteguhan hati dan ketabahan dalam menghadapi cobaan tersebut. Semoga di balik bencana tersebut ada hikmah yang dapat dipetik oleh masyarakat," katanya.
Menurut dia, sejak berdiri pada 1986 hingga kini, YDGRKSHS sudah memberikan bantuan untuk korban musibah bencana alam dan kegiatan lainnya total sebesar Rp53,143 miliar.
"Bantuan diserahkan untuk 962 lokasi bencana pada 717 kejadian di 33 provinsi di Indonesia," kata putri mantan presiden Soeharto itu.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penggeseran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2010 sebesar Rp16 miliar untuk penanganan prarehabilitasi dan rekonstruksi korban bencana erupsi Gunung Merapi.
"Dana sebesar Rp16 miliar itu digunakan untuk pemberdayaan sosial ekonomi korban bencana erupsi Merapi," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tri Harjun Ismaji di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, dana itu sengaja digeser untuk persiapan pemulihan setelah tanggap darurat dinyatakan selesai tetapi belum memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
"Dana diambil dari anggaran pembangunan untuk pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan pada akhir Desember 2010," katanya.
Ia mengatakan kegiatan pemulihan pascabencana itu meliputi bidang sosial ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pemulihan lokasi permukiman. Bantuan pemulihan itu diberikan karena Pemprov DIY tidak menganggarkan jaminan hidup untuk korban bencana erupsi Merapi.
"Oleh karena itu, korban bencana erupsi Merapi membutuhkan stimulan untuk memulai proses pemberdayaan atau padat karya yang dicanangkan Gubernur DIY. Kebijakan itu ingin mendorong korban bencana erupsi Merapi agar bisa lebih produktif.
Jadi, menurut dia, bukan memberi bantuan bersifat konsumtif. Mereka akan dilibatkan dalam beberapa kegiatan yang bersifat padat karya seperti ikut membersihkan tanaman salak.
Ia mengatakan, dalam kegiatan itu mereka mendapatkan imbalan. Jadi, mereka diberi pekerjaan yang menghasilkan uang.
"Tahap pemulihan awal itu akan dilakukan setelah warga korban Merapi dinyatakan boleh kembali ke rumah, termasuk bagi mereka yang menempati `shelter` (tempat hunian sementara)," katanya.
Dorong masyarakat bangkit
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan media massa berperan besar dalam mendorong masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan pascabencana Merapi melalui informasi yang disiarkan.
Dalam makalahnya yang disampaikan Asisten II Bidang Pembangunan dan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Andung Prihadi pada Sarasehan `Sinergi Media dan Masyarakat Pulihkan Daerah Bencana Letusan Gunung Merapi`di Yogyakarta, Kamis, Sultan mengatakan peran media massa juga ditunjukkan dalam mengelola bantuan dari donatur sekaligus menyalurkan kepada korban bencana.
Bahkan liputan media massa tentang bencana telah ikur membangkitkan kesadaran tentang nasib manusia, menguatkan kembali kearifan atau nilai-nilai lokal seperti gotong royong `saiyeg saeko kapti`.
"Pesan-pesan menguatkan dan membangkitkan bisa menjangkau lebih luas masyarakat karena dukungan media massa," kata Sultan HB X.
Dalam kaitan dengan liputan bencana, Sultan HB X mengatakan bahwa peristiwa erupsi Merapi menarik perhatian media massa untuk menyiarkannya. Namun, perosalannya adalah bagaimana berita atau informasi dapat dikemas sedemikian rupa sehingga tidak terjadi bias antara persepsi di masyarakat dengan fakta sesungguhnya.
Dalam konteks tersebut diperlukan akurasi data, ketepatan pemilihan kata, ekspresi wajah dan `body language` dalam menyampaikan berita yang pas, serta kejelasan peristiwa yang diinformasikan baik secara visual maupun narasi sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah pada publik yang menerima informasi dari media massa.
"Peristiwa bencana berkembang cepat namun dalam peliputan berita hendaknya jangan terjebak pada `jurnalisme terburu-buru`. Akurasi penting dalam pemberitaan bencana," katanya.
Menurut dia, dalam konteks tersebut diperlukan akurasi data dan ketepatan pemilihan kata dalam memberitakan peristiwa bencana. Namun dalam kenyataannya seringkali muncul jurnalisme terburu-buru.
"Karena terburu-buru untuk menyiarkan, aspek dukungan data menjadi kurang cermat. Padahal akurasi penting dalam pemberitaan bencana," kata Sultan HB X.
Menurut Sultan, pemberitaan juga harus memperhatikan aspek manusianya. Jurnalis dituntut mampu mengungkapkan suatu peristiwa dari dua sisi yakni sisi manusia dan situasinya. Ketika memberitakan tentang korban misalnya, jurnalis harus menyadari bahwa yang diungkapkan adalah sosok manusia yang memiliki keadaan internal dan eksternal seutuhnya.
"Pemberitaan juga harus memperhatikan aspek manusianya. Jurnalis dituntut mampu mengungkapkan suatu peristiwa dari dua sisi, sisi manusia dan situasinya. Ketika memberitakan tentang korban, misalnya, jurnalis harus menyadari bahwa yang diungkapkan adalah sosok manusia yang memiliki keadaan internal dan eksternal seutuhnya," kata Sultan.
Ia mengatakan media massa berperan penting dalam menginformasikan setiap perkembangan bencana yang terjadi secara akurat, namun harus didukung oleh sikap yang empatik sehingga informasi yang disampaikan tidak melukai rasa kemanusiaan korban bencana, tidak menimbulkan kepanikan, namun bisa memberi panduan, sehingga masyarakat bisa mengambil sikap yang tepat.
"Pada masa pascabencana, ketika proses pemulihan berlangsung, jurnalisme yang bersifat memberdayakan penting artinya. Media massa bisa berperan mendorong masyarakat untuk bangkit secara psikologis dan ekonomis, dengan membangun sinergi antara semua elemen yang ada," kata Sultan.
Sarasehan sehari itu diselenggarakan bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.
Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono meminta dan mendorong wartawan anggotanya untuk ikut meringankan beban warga korban bencana Gunung Merapi melalui pemberitaan yang positif.
Untuk itu, kata dia. wartawan anggota PWI hendaknya dalam meliput bencana memahami peristiwa tersebut, sehingga berita yang disajikan memiliki nilai positif dan benar.
"Jika wartawan yang meliput bencana Merapi mampu memahami peristiwanya, maka berita yang dibuat dan tersaji akan menjadi lebih baik dari sisi geologi dan sosial kemasyarakatan," katanya dalam sarasehan `Sinergi media dan masyarakat pulihkan daerah bencana letusan Merapi`, di Yogyakarta, Kamis.
"Kami melihat masih banyak wartawan yang meliput bencana kurang memahami peristiwanya, sehingga dalam menyajikan berita kurang memadai, baik akurasi data maupun faktanya," katanya.
Deklarasi Yogyakarta aman
Pemuda Nusantara yang terdiri atas Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Indonesia dan Komite Nasional Pemuda Indonesia akan mendeklarasikan gerakan "Jogjaku Jogja Kita Aman dan Nyaman" pascaletusan Gunung Merapi.
Menurut Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Pemerintah Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono, Kamis, deklarasi yang diikuti organisasi kepemudaan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan provinsi lain itu akan dilakukan pada 4 Desember 2010.
Deklarasi gerakan "Jogjaku Jogja Kita Aman dan Nyaman" tersebut akan dilakukan di Plaza Monumen Serangan Oemoem 1 Maret yang disertai gelar seni pemuda dari berbagai provinsi di Tanah Air.
"Deklarasi merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dan sejumlah organisasi kepemudaan untuk mengembalikan citra sebagai kota yang aman dan nyaman dikunjungi serta ditinggali pascaerupsi Gunung Merapi," katanya.
Menurut dia, citra Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan wisata yang sempat terpengaruh saat terjadi erupsi Gunung Merapi harus segera dipulihkan agar kegiatan pendidikan dan pariwisata yang telah menjadi lokomotif ekonomi kota bisa kembali berjalan lancar.
Ia mengatakan kegiatan tersebut merupakan bentuk kebersamaan dan meningkatkan jalinan persaudaraan kekeluargaan pemuda dari seluruh Indonesia untuk memupuk persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia yang mencintai Yogyakarta.
Sekretaris Jenderal Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah (IKPMD) Indonesia Yogyakarta Andi Azhar mengatakan ada sebanyak 10 provinsi yang mengikuti kegiatan, yaitu Lampung, Kepulauan Riau, Nanggroe Aceh Darussalam, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat, dan Sanggar Nusantara akan menampilkan sejumlah kegiatan kesenian. "Provinsi-provinsi tersebut merupakan representasi dari kepulauan-kepulauan besar di Indonesia," katanya.
Ketua KNPI Kota Yogyakarta Bambang Seno Baskoro mengatakan kegiatan tersebut menjadi sebuah upaya untuk menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta tetap aman dan nyaman untuk ditinggali.
"Nantinya, deklarasi ini akan dilanjutkan dengan sebuah gerakan moral bersama dengan KNPI di daerah lain," katanya.
Aktivitas Merapi stabil
Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir ini cenderung stabil, namun status gunung teraktif di Indonesia itu masih dalam level "awas".
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, Kamis, mengatakan gempa vukanik dan tremor Gunung Merapi tidak terjadi, sedangkan luncuran awan panas tidak teramati.
Aktivitas Gunung Merapi hingga Kamis (2/12) masih menunjukkan adanya erupsi, meskipun dalam intensitas yang menurun tetapi secara visual teramati guguran lava kembali meluncur dan mengarah ke Sungai Gendol.
Berdasarkan laporan pengamatan dari pos BPPTK Yogyakarta yang dilakukan Kamis (2/12) sejak pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB, terjadi guguran lava sebanyak 14 kali. Aktivitas ini diikuti pula dengan gempa multiphase sebanyak 12 kali dan gempa tektonik sebanyak dua kali.
Guguran lava mengarah ke Kali Gendol dengan jarak luncur 1.000 meter teramati dari Kaliurang pada pukul 07.04 WIB Kamis (2/12) pagi, sedangkan dari CCTV Deles merekam api diam pada pukul 01.30 WIB hingga 02.40 WIB dan hujan terekam pada pukul 10.50 WIB, katanya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan visual pukul 05.35 WIB hingga 07.05 WIB cuaca cerah. Asap solfatara berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal dengan tinggi maksimum 400 meter bertekanan lemah mengarah condong ke tenggara hingga selatan yang teramati dari semua pos. Kabut teramati pada pukul 07.05 WIIB hingga 12.00 WIB.
Material Gunung Merapi telah memenuhi sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam suhu yang masih sangat panas. Bahkan material yang berada di Sungai Gendol panasnya masih mencapai 490 derajat Celcius di kedalaman 30 centimeter dan diduga mengandung gas.
Berkaitan dengan masih adanya penetapan status awas, maka penduduk dilarang beraktivitas di sekitar alur sungai untuk menghindari ancaman bahaya banjir lahar. Ancaman bahaya lahar berada pada jarak 300 meter dari bibir semua sungai berhulu di Gunung Merapi.
"Meski aktivitas Gunung Merapi cenderung stabil, kalangan warga diminta tetap meningkatkan kewaspadaan," katanya.
Sebanyak 50 juta meter kubik material letusan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah hingga sekarang masih tertampung di Kali Gendol.
"Kali Gendol masih menjadi ancaman lahar dingin karena hingga saat ini belum ada material letusan Gunung Merapi yang mengalir," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio, di Yogyakarta, Kamis.
Ia mengatakan belum ada hujan yang signifikan untuk bisa mengalirkan material berupa pasir, abu, kerikil, dan batu ke alirabn sungai di bawahnya, sedangkan materal yang mudah turun menjadi lahar dingin adalah abu vulkanik.
(V001/M008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010