Jakarta (ANTARA) - Co-founder Zam Cosmetic Tania Ray Mina mengatakan konten pemasaran untuk sebuah merek harus mampu dikemas melalui strategi penceritaan (storytelling) sehingga konsumen merasa dekat dan terhubung dengan suatu produk.
“Saat kami memutuskan sebagai bisnis yang berfokus pada digital platform untuk berjualan, konten itu menjadi hal yang sangat penting di samping produknya memang harus memiliki kualitas,” ujar Tania saat diskusi virtual Muharram Marketing Festival 2021 pada Senin.
Ia mengungkapkan saat Zam Cosmetic pertama kali meluncur, bisnisnya tak hanya berfokus pada kualitas produk tetapi juga menggarisbawahi cerita-cerita menarik di balik suatu produk.
Menurut Tania, timnya tidak hanya melakukan sesi photoshoot untuk suatu produk tetapi juga membuat konten video yang berisi latar belakang cerita dan dikemas sedemikian rupa agar konsumen bisa merasa dekat dengan merek Zam.
“Zam itu selalu mengangkat tema tertentu setiap bulannya yang relevan terhadap isu terkini. Sebagai contoh, waktu itu Zam pernah berbicara soal diversity atau keragaman,” kata saudara kandung aktris Zaskia Adya Mecca itu.
Baca juga: Tips membuat konten video bagi pemilik bisnis
“Indonesia memiliki banyak perbedaan, baik itu dari segi warna kulit, lokasi, hingga cara pandang setiap orang. Mereka juga bisa menyatu dalam satu Indonesia hingga akhirnya merasa terhubung dengan suatu produk yang bisa mereka gunakan bersama-sama,” lanjut Tania.
Selain cerita tentang keragaman, Zam juga menampilkan cerita tentang pemberdayaan perempuan.
“Zam ini dilahirkan atas perempuan-perempuan remaja, ibu rumah tangga, atau perempuan karier, tapi semuanya bisa punya inisiatif untuk berkarya. Akhirnya kami juga menampilkan bagaimana perempuan ini bisa tetap berkarya walaupun mereka berada dalam life stages yang berbeda,” terangnya.
Selain fokus pada strategi storytelling, Zam Cosmetic juga memberi perhatian pada komunikasi suatu produk dengan mengedepankan sisi informasi dan berangkat dari kebutuhan masyarakat.
Ia mencontohkan produk hand sanitizer yang dikeluarkan Zam Cosmetic tetap mengandung alkohol sebanyak 70 persen dan bukan menggunakan alkohol berbahan alami karena mengikuti rekomendasi WHO dan peneliti produk. Informasi tersebut menjadi bahan untuk mengolah konten pemasaran sekaligus memberi edukasi pada konsumen.
“Produk hand sanitizer bertebaran di mana-mana dan ada yang bilang lebih baik pakai alkohol yang natural. Tapi setelah kami cek dengan beberapa peneliti produk, mereka mengatakan itu tidak efektif. WHO juga belum memberikan rekomendasi untuk alkohol yang terbuat dari bahan-bahan alami,” kata Tania.
Begitu juga dengan produk Zam Cosmetic lainnya, seperti lip art dan eyeliner. Tania memilih untuk tidak terlalu memusingkan cerita di belakang suatu produk karena produk yang dikeluarkan berangkat dari kebutuhan di masyarakat.
“Untuk produk lip art, kami fokus terhadap kebutuhan orang-orang yang mengenakan masker namun tetap ingin terlihat segar dengan menggunakan lipstik yang tidak menempel ke masker,” tuturnya.
Di saat pandemi seperti sekarang, produk eyeliner dari Zam Cosmetic menciptakan konten visual yang unik, yakni seorang model yang mengenakan masker sembari memperlihatkan daya tarik riasan bagian mata.
“Di situ kami memperlihatkan daya tarik eyeliner hitam. Di saat kamu pakai masker, kamu masih bisa terlihat bold, keren, dan tetap ber-make up. Cara tersebut efektif menggaet konsumen karena saat memakai masker hanya mata yang paling terlihat,” pungkasnya.
Baca juga: Kiat untuk UMKM buat konten video lariskan dagangan di media sosial
Baca juga: Tips menjadi kreator konten versi Edho Zell
Baca juga: Lima hal untuk ciptakan konten menarik di medsos
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021