"Nostalgia" akan dikemas dengan gaya sartorial dan sentuhan preppy.
"Bateeq mengambil inspirasi dari era retro. Dimana dalam pengaplikasiannya, kita memasukkan motif batik tradisional ke dalam nuansa retro yang pada dasarnya itu didominasi oleh bentuk geometris dan pola yang repetitif," kata Galuh Nurita selaku perancang dari Bateeq saat diskusi daring, Senin.
Lebih lanjut Galuh menjelaskan bahwa motif Tinari akan menjadi motif utama yang dikeluarkan Bateeq dalam koleksi bertema "Nostalgia" ini.
Tinari merupakan perhitungan khusus perjodohan dalam Weton Jawa. Harapan pada pasangan Tinari digambarkan dalam dua jenis motif yaitu motif Kawung berbentuk bulat yang berarti kesempurnaan, kemurnian dan kesucian, dan motif Banji berbentuk garis yang berarti keteraturan dalam kehidupan.
Brand Manager Bateeq Miranti Mandasari menjelaskan koleksi ini terdiri dari 13 pakaian wanita dan 8 pakaian pria dengan harga Rp800 ribu hingga Rp1,5 juta.
"Bateeq memiliki keinginan untuk menjadi sirkular, dengan turut mengkaryakan masyarakat dalam proses pembuatan pakaiannya," ujar Mira.
Mira menjelaskan salah satu bentuk nyata dalam komitmen Bateeq itu ialah dengan mengirimkan benang hasil olahan sisa kapas milik PT Dan-Liris kepada para pekerja lansia di Klaten untuk ditenun menjadi bahan lurik.
"Bahan ini pun selalu dihadirkan dalam koleksi runaway termasuk koleksi Nostalgia sebanyak 3 styles," pungkas Mira.
Baca juga: Kiat cari warna pakaian sesuai warna dasar kulit untuk pria
Baca juga: Potensi kain tradisional dalam pengembangan industri fashion
Baca juga: Fesyen UKM Indonesia tampil di MAGIC Fashion Trade Show AS
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021