Jakarta (ANTARA) - Tiga hari sebelumnya Kontingen Indonesia secara beruntun meraih masing-masing satu medali di Paralimpiade Tokyo, namun tidak dengan hari ini, Minggu.
Dua wakil Merah Putih Syuci Indriani dari cabang olahraga para-renang dan Jaenal Aripin dari para-atletik gagal memaksimalkan kesempatan dengan sama-sama tersingkir pada babak penyisihan.
Syuci Indriani yang turun di nomor 100 meter gaya dada putri SB14 harus puas berada di posisi keenam pada lomba heat dua di Tokyo Aquatics Centre, Minggu pagi WIB, dengan catatan waktu 1 menit 24,06 detik.
Baca juga: Syuci Indriani gagal ke final 100m gaya dada di Paralimpiade Tokyo
Hasil tersebut tertinggal 10,71 detik dari Michelle Alonso Morales (Spanyol) yang menempati posisi terdepan pada heat dua dengan catatan waktu 1 menit 13,35 detik.
Syuci secara keseluruhan atau gabungan heat satu dan dua, berada di urutan ke-10. Adapun peraih emas pada nomor 100 meter gaya dada putri SB14 diraih Michelle Alonso Morales yang di final memecahkan rekor atas namanya sendiri dengan 1 menit 12,02 detik.
Sementara Louise Fiddes asal Inggris Raya meraih medali perak dengan catatan waktu 1 menit 15,93 detik dan wakil Brazil Beatriz Borges Carneiro membawa pulang perunggu setelah mencatatkan waktu 1 menit 17,61 detik.
Bagi Syuci Indriani, ini merupakan kali kedua gagal lolos ke final. Sebelumnya, hasil serupa juga diraih wakil Merah Putih itu pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu putri S14, Rabu (25/8).
Pada nomor tersebut, Syuci yang turun di heat dua tersingkir pada babak penyisihan setelah finis di urutan keenam dengan catatan waktu 1 menit 12,13 detik.
Syuci masih memiliki satu kesempatan lagi untuk memberikan yang terbaik di nomor 200 meter gaya ganti perorangan putri SM14 yang dijadwalkan bergulir pada Selasa (31/8). Pada nomor ini, Syuci dijadwalkan tampil di heat dua pukul 07:46 WIB. Dia akan kembali bersaing dengan enam wakil dari negara lainnya.
Yakni, Olga Poteshkina dan Valeriia Shabalina dari Komite Paralimpiade Rusia, kemudian dua wakil Australia Paige Leonhardt dan Ashley Van Rijswijk, serta atlet dari Brazil Ana Karolina Soares de Oliveira.
Jaenal Aripin didiskualifikasi
Sementara itu, nasib serupa juga dialami Jaenal Aripin yang berlomba di nomor balap kursi roda 400 meter T54 putra.
Dari catatan kompetisi, Jaenal didiskualifikasi karena aturan World Para Athletic (WPA) 17.8, yakni karena melakukan kesalahan dalam melakukan start.
Pada nomor tersebut, atlet asal Sumedang, Jawa Barat, itu bertanding di heat 2 bersama enam atlet lain di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, pukul 11.51 waktu setempat.
Baca juga: Jaenal Aripin didiskualifikasi di nomor 400 meter Paralimpiade Tokyo
Kompetitornya, antara lain Putharet Khongrak (Thailand), Richard Chiassaro (Britania Raya), J Casoli (Prancis), Juan Pablo Cervantes Garcia (Meksiko) dan Yang Liu (China).
Namun, Jaenal didiskualifikasi karena "false start", sementara Khongrak dan Chiassaro lolos kualifikasi dan melaju ke babak final.
"Saya ingin mengklarifikasi kejadian tadi, yang terjadi pada pertandingan saya di nomor 400 meter klasifikasi T54. Mungkin disitu saya melakukan kesalahan karena saya terlalu cepat keluarnya waktu start. Mungkin itu selisihnya sedikit sekali dengan suara tembakan," kata Jaenal dalam siaran resmi NPC Indonesia, Minggu.
Adapun peraih medali emas pada nomor 400 meter T54 putra adalah Daniel Romanchuk dari Amerika Serikat yang mencatatkan waktu tercepat 45,72 detik di final.
Medali perak dan perunggu masing-masing dibawa pulang Athiwat Paeng-Nuewa dari Thailand dengan 45,73 detik dan Yungqian Dai dari China yang mencatatkan waktu 46,20 detik.
Jaenal Aripin masih memiliki kesempatan untuk berlomba di nomor 100 meter yang dijadwalkan bergulir, Rabu (1/9). Selain itu, Jaenal juga bakal tampil di nomor Estafet 4x 100m universal bersama Karisma Evi, Saptoyogo, dan Putri Aulia pada Jumat (3/9).
"Sekali lagi saya mohon maaf kepada pelatih, NPC Indonesia, masyarakat di Indonesia. Semoga selanjutnya, saya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," ujar Jaenal Aripin.
Baca juga: Jadwal Indonesia 29 Agustus: Menanti kejutan Syuci dan Jaenal
Tren positif tiga hari beruntun berakhir
Dengan tak adanya medali pada hari ini, tren positif Kontingen Indonesia dalam tiga hari sebelumnya yang selalu meraih medali berakhir.
Pada Kamis (26/8), skuad Merah Putih meraih medali pertama di Paralimpiade Tokyo melalui Ni Nengah Widiasih yang membawa pulang perak dari cabang olahraga para-powerlifting nomor 41kg putri.
Satu hari setelahnya, giliran Saptoyogo Purnomo yang meraih perunggu pada cabang olahraga para-atletik nomor 100 meter putra T37.
Kemudian, pada Sabtu (28/8), giliran David Jacobs yang memastikan perunggu pada cabang olahraga para-tenis meja kelas 10 perorangan putra.
Baca juga: Stamina terkuras faktor David Jacobs gagal ke final Paralimpiade Tokyo
Dengan hasil ini, Kontingen Indonesia untuk sementara menempati posisi 52 dalam daftar perolehan medali Paralimpiade Tokyo 2020.
Jika diurut berdasarkan negara di Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah Thailand yang menempati posisi 34 dengan 1 emas, 1 perak, tiga perunggu. Sementara Singapura dan Malaysia berbagi tempat di posisi 40 dengan sama-sama mengantongi 1 emas di Paralimpiade Tokyo 2020.
Sementara hingga berita ini diturunkan China masih kokoh di puncak klasemen perolehan medali dengan torehan 45 emas, 29 perak, dan 29 perunggu. Kemudian Inggris Raya di urutan kedua dengan 23 emas, 19 perak, 18 perunggu. Disusul Amerika Serikat dengan 15 emas, 16 perak, 9 perunggu.
Semoga pada hari-hari berikutnya, pundi-pundi medali Kontingen Indonesia bertambah. Terdapat sejumlah cabang olahraga unggulan yang belum tampil dan diharapkan mendulang medali, termasuk para-bulu tangkis.
Selamat berjuang!
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021