Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Anggito Abimanyu mengatakan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah pada 2011, masih terkendala lambatnya pembangunan infrastruktur terutama dalam infrastruktur energi.
"Kita akan mengalami krisis energi listrik sampai 2018 bahkan 2020. Indonesia bisa tumbuh enam persen sudah prestasi di tengah keterbatasan infrastruktur energi, maka PR pemerintah bagaimana membangun infrastruktur," ujarnya dalam pemaparan "Economic and Industry Outlook 2011" di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, tanpa pasokan energi yang memadai sangat sulit untuk membangun infrastruktur dan mengundang investasi masuk ke Indonesia.
Selain itu, sektor riil juga tidak dapat berkembang apabila investasi enggan masuk karena permasalahan yang mendasar ini.
"Kalau investasi masuk ke sektor riil susah mendapatkan listrik, (pembangunan) jalan susah, pelabuhan sama saja, (perekonomian) tidak akan tumbuh. Pembangunan infrastruktur itu bisa membuat everything," ujar Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada ini.
Ia menjelaskan saat ini belanja modal dan infrastruktur hanya sekitar dua persen dari GDP, padahal dua tahun sebelum krisis 2008, belanja tersebut sekitar lima persen dari GDP.
Namun, dengan adanya permasalahan infrastruktur, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi pada 2011 diprediksi akan mencapai 6,3 persen atau lebih rendah dari asumsi pemerintah 6,4 persen.
Menurut dia, hal tersebut didukung oleh membaiknya perekonomian secara makro dan upaya pemerintah dalam mengelola risiko masuknya arus modal ke Indonesia.
"Tahun depan 6,3 persen kalau kita bisa mengelola risiko tadi, inflasi kita bisa lebih rendah dari tahun ini, karena kita tidak menaikkan TDL, kita bisa memaintain capital inflow dan mempertahankan rupiah Rp9.050 angka yang sangat kompetitif," ujarnya.
Ia memaparkan, perekonomian juga stabil dengan suku bunga BI yang turun di angka enam persen, inflasi mencapai 5,5 persen, rating utang investment grade membaik serta volatilitas rupiah dapat ditekan.
Selain itu, membaiknya perekonomian juga didukung dengan cadangan devisa yang mencapai 100 miliar dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diprediksi bisa mencapai angka 4500.
"Cadangan devisa bisa di atas 100 miliar dolar AS dan kita bisa punya instrumen menahan laju penguatan rupiah, mengurangi risiko volatilitas, dan IHSG bursa 4500, apalagi kita punya program IPO BUMN dan mem-push capital market kita, tahun depan kita bisa mencapai investment grade," ujar Anggito.
Ia menambahkan Indonesia akan mencapai pertumbuhan manufaktur sebesar lima persen untuk pertama kalinya selama 10 tahun terakhir.
"Saya optimis industri tumbuh, walau BI mengkhawatirkan deindustrialisasi, manufaktur bisa tumbuh lebih dari yang diperkirakan dan tumbuh lima persen, pertama kali dalam 10 tahun terakhir. Dulu kita tumbuh 10 persen dengan kebijakan yang baik," ujar mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan ini. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010