banyak hal lain yang bisa dikreasikan agar menciptakan pertumbuhan yang ada di stasiun sehingga menumbuhkan ekonomi baru
Jakarta (ANTARA) - Danu Wibawa tak lagi berkeliling menyusuri jalanan Ibu Kota dari pagi hingga petang hari untuk mencari pembeli dagangannya.
Pedagang minuman ringan dan kopi yang semula biasa berkeliling dengan sepeda itu kini "mangkal" di sekitar Stasiun LRT Pegangsaan Dua, Jakarta Utara.
Kini dia ada di depan pintu masuk stasiun dan banyak orang telah menjadi pelanggannya setiap hari. Mulai dari penumpang, pegawai, masyarakat sekitar stasiun hingga ojek daring yang biasanya juga ada di sekitar stasiun ini.
Baca juga: LRT Jakarta ajak UMKM buka usaha baru di sekitar stasiun
“Sebelum ada LRT, saya dagang keliling. Kadang waktu habis di jalan. Sekarang ada LRT, saya bisa jualan dari pagi sampai sore,” kata Danu.
Pria berusia 52 tahun yang bermukim di Kampung Rawa Indah, Jakarta Utara, itu tak sendiri berjualan Stasiun LRT. Setidaknya telah ada 50 usaha kecil mikro (UKM) lainnya yang punya tempat representatif untuk kegiatan usahanya.
Yang tidak kalah penting dari kehadiran LRT Jakarta adalah menjadikan transportasi ramah lingkungan sebagai bagian gaya hidup masyarakat urban.
Membangun moda transportasi baru bukan sekedar membangun infrastruktur fisik namun menumbuhkan budaya masyarakat.
Kebiasaan masyarakat di kota besar menggunakan kendaraan pribadi saat ini didorong untuk beralih menggunakan transportasi massal.
LRT Jakarta sebagai bagian dari perubahan gaya hidup.Tentunya, layanan yang nyaman dan aman menjadi prioritas untuk menarik masyarakat beralih menggunakan moda transportasi publik itu.
Layanan yang cepat dan serba modern, apalagi dengan tarif terjangkau juga akan menjadi daya tarik masyarakat menggunakan kereta api ringan dengan akronim LRTJ itu.
Transportasi publik ini juga memunculkan masyarakat yang gemar berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Apalagi sepeda bisa dibawa ke rangkaian LRT.Disiplin
Gaya hidup lainnya adalah disiplin waktu karena perjalanan menggunakan LRT Jakarta akan berangkat sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Kehadiran LRT Jakarta pun mendapat respons yang hangat dari masyarakat karena mendukung efektivitas mobilitas mereka sehari-hari. Salah satunya, Anggi Setia Nugraha, warga Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Pelatih bela diri Muay Thai ini biasanya menggunakan LRT Jakarta dari Stasiun Velodrome di Jakarta Timur menuju Kelapa Gading di Jakarta Utara untuk kepentingan pekerjaan.
“Saya suka kalau naik kendaraan umum karena tidak kena macet, waktu dan ongkos perjalanan juga irit dan lebih menghargai waktu. Apalagi LRT Jakarta ini punya desain yang modern, jadi suka saja,” kata Anggi.
Baca juga: BI DKI dorong UMKM miliki laporan keuangan
Senada dengan Anggi, pengguna jasa lainnya Yohanna Sinambela mengakui LRT Jakarta memberikan paket lengkap.
Selain tarif terjangkau, layanan yang diberikan juga aman dan nyaman.
Karyawan salah satu perusahaan percetakan itu mengharapkan lebih banyak transportasi publik modern seperti LRT untuk meminimalkan kemacetan dan mendukung Jakarta lebih ramah lingkungan.
"Kalau kendaraan pribadi biasanya kena macet dan ada gangguan di jalan. Kalau LRT bebas macet, sudah itu harganya terjangkau, aman dan lagi nyaman di dalam kereta," kata Yohanna yang kerap berangkat dari Velodrome ke Kelapa Gading.Dampak ekonomi
Moda transportasi Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta merupakan salah satu infrastruktur publik yang dibangun oleh BUMD DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Pengerjaan proyek ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada Juni 2016. Total anggaran pembangunan mencapai Rp6,8 triliun.
Fase pertama transportasi massal ini menghubungkan Kelapa Gading-Velodrome sepanjang 5,8 kilometer yang beroperasi secara komersial pada 1 Desember 2019.
Baca juga: LRT Jakarta gandeng 50 UKM dorong pertumbuhan ekonomi
Untuk fase pertama, kereta api ringan (light rail transit) ini melintasi enam stasiun, yakni Pegangsaan Dua di Jakarta Utara, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian dan Stasiun Velodrome di Jakarta Timur.
Kehadiran LRT Jakarta pun telah terlihat membawa dampak ekonomi kepada masyarakat, usaha kecil dan menengah (UKM) hingga sektor properti di sekitar stasiun.
Menurut Corporate Secretary LRT Jakarta Ira Yuanita, hingga 6 Agustus 2021, ada 50 pelaku UKM di sepanjang jalur LRT yang diajak kolaborasi untuk mendorong pergerakan ekonomi. Mereka diajak bekerjasama untuk memberikan program khusus kepada pengguna jasa transportasi publik itu.
Caranya, masyarakat yang terdaftar sebagai anggota Sahabat LRT Jakarta e-card, setelah mereka menggunakan kereta api ringan itu, bisa mendapatkan potongan harga 10 hingga 30 persen di UMKM yang sudah bekerjasama.
Latar belakang dibuatnya program ini adalah untuk menumbuhkan perekonomian usaha kecil menengah yang berada di sepanjang jalur LRT Jakarta.
"Stasiun yang ada di LRT sangat memungkinkan untuk pemasangan 'tenant' maupun banyak hal lain yang bisa di-'create' agar menciptakan 'growth' yang ada di stasiun sehingga menumbuhkan ekonomi baru di sekitarnya," kata Direktur Utama LRT Jakarta Wijanarko.
Karena itu, LRT merangkul komunitas UMKM yang ada di Jakarta agar bisa bangkit bersama dengan LRT di tengah pandemi.
Teknologi
LRT Jakarta uji coba sejak Juni 2019 secara gratis dan baru dikenakan tarif Rp5.000 jauh atau dekat/flat mulai 1 Desember 2019.
Besaran tarif itu sesuai ketentuan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2019 tentang Tarif Angkutan Perkeretapian MRT dan LRT.
LRT Jakarta merupakan “anak bungsu” dari keluarga transportasi massal yang beroperasi di Jakarta setelah sebelumnya hadir Bus Trans Jakarta dan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.
Berbeda dengan alat transportasi lain, LRT Jakarta memiliki rangkaian kereta yang berukuran lebih kecil. Satu rangkaian atau trainset kereta LRT Jakarta memiliki dua kereta dengan kapasitas 270 penumpang baik yang duduk dan berdiri.
Saat uji publik 11-20 Juni 2019, LRT Jakarta mengangkut total 76 ribu orang sehingga kehadiran moda transportasi baru itu diminati masyarakat.
Baca juga: LRT Jakarta berharap integrasi tarif tingkatkan jumlah penumpang
Kereta LRT Jakarta ini merupakan buatan Hyundai Rotem asal Korea Selatan. Keunggulan teknologi, yakni menggunakan sistem "articulated bogie".
Teknologi itu memungkinkan kereta dapat melaju dengan aman dan luwes mengikuti kontur jalur trek pada tikungan tajam. Teknologi ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia pada proyek LRT Jakarta.
Seluruh perlintasan LRT Jakarta fase pertama beroperasi di jalur layang dengan dua jalur di enam stasiun yang menghubungkan Kelapa Gading dan Velodrome.
Waktu tempuh dari Stasiun Pegangsaan Dua di Jakarta Utara menuju Velodrome di Jakarta Timur adalah 13 menit dengan kecepatan dioperasikan rata-rata 50 kilometer (km) per jam. Sedangkan waktu tempuh antara satu stasiun dengan stasiun lainnya sekitar tiga menit.
Waktu tempuh itu terbilang cepat jika dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi yang bisa memakan waktu hingga satu jam perjalanan tergantung kondisi di jalan raya.
Di dalam kereta LRT Jakarta dilengkapi 40 kursi penumpang prioritas, area khusus penumpang disabilitas, kamera pengawas (CCTV) serta tombol darurat yang menghubungkan penumpang dengan petugas LRT.
LRT Jakarta juga merupakan bagian dari JakLingko sehingga sudah terintegrasi dengan moda transportasi massal lain misalnya TransJakarta dan mikrobus atau angkot.
Inovasi
LRT Jakarta berupaya menghadirkan inovasi yang bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa transportasi umum.
Sejumlah inovasi itu di antaranya membolehkan penumpang membawa sepeda lipat atau non lipat ke dalam rangkaian gerbong.
Layanan ini dapat diakses melalui dua stasiun, yakni Stasiun Pegangsaan Dua dan Stasiun Velodrome. Adapun ukuran sepeda lipatnya adalah maksimal 170X70X125 sentimeter (cm).
Sepeda itu ditempatkan di ruang khusus dalam kereta dengan kapasitas delapan sepeda di setiap rangkaian kereta.
LRT Jakarta juga menyediakan jalur khusus pesepeda melalui tangga elevator menuju area stasiun menggunakan pintu khusus yang disiapkan masuk peron.
Sebelumnya, layanan "sky bridge" atau jembatan penyeberangan orang (JPO) juga dihadirkan yang terhubung dengan Stasiun Velodrome dengan Halte TransJakarta Pemuda Rawamangun.
Tak hanya itu, ada juga fasilitas "park and ride" yang bekerjasama dengan salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Utara untuk memudahkan mobilitas masyarakat.
LRT Jakarta juga menghadirkan inovasi berbasis aplikasi, yakni Sahabat LRT e-card/SLC yang dapat diunduh melalui layanan Google Play Store atau App Store. Pelanggan dapat mendaftarkan diri untuk membuat akun termasuk mendaftarkan kartu uang elektronik yang digunakan untuk bertransaksi naik LRT Jakarta melalui aplikasi tersebut.
Dalam aplikasi itu, pelanggan mendapatkan informasi mulai dari jadwal keberangkatan kereta hingga informasi terbaru misalnya soal promo dan diskon yang ditawarkan di gerai UKM di sepanjang stasiun yang sudah bekerja sama dengan LRT Jakarta.
Inovasi lain yang memudahkan pengguna jasa LRT Jakarta adalah sistem pembayarannya. Selain bisa menggunakan uang elektronik dan kartu sekali jalan LRTJ, pelanggan juga bisa menggunakan aplikasi Link Aja sebagai metode pembayaran digital.
Caranya sederhana, pengguna tinggal memindai kode tiket yang muncul ketika aplikasi Link Aja dibuka di stasiun keberangkatan dan kembali melakukan hal sama di stasiun kedatangan.
Tarif yang berlaku adalah Rp5.000 namun saldo akan dipotong sebesar Rp8.500. Sisa saldo sebesar Rp3.500 akan dikembalikan saat pemindaian di pintu keluar jika tidak melanjutkan perjalanan menggunakan TransJakarta.
Baca juga: Kantor LRT beralih fungsi jadi selter isolasi mandiri COVID-19
Bagi pengamat ekonomi Josua Pardede, infrastruktur fisik seperti LRT Jakarta juga memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya dalam mendukung mobilitas.
Dampak dari infrastruktur transportasi seperti LRT ini signifikan karena mengurangi biaya akan lebih efisien. Kemudian, transportasi massal ini juga mendorong efisiensi biaya mobilitas pelaku UKM.
Tentu saja mendorong sentimen positif untuk pengembangan kawasan di sekitar stasiun, terkait sektor properti dan industri turunannya.
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021