Jakarta (ANTARA) - Buah dan sayur produksi petani Indonesia saat ini memang dengan mudah ditemui di pasar-pasar modern dan bersaing dengan produk impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2020 ekspor produk pertanian Indonesia mengalami kenaikan 20,84 persen. Kontribusi terbesar untuk sektor pertanian, salah satunya dipicu dari sayuran.

Memang untuk produk hortikultura tertentu baik buah maupun sayuran, Indonesia masih bergantung kepada impor mengingat iklim di Indonesia yang tidak memungkinkan untuk membudidayakan tanaman tersebut.

Gelar Buah Nusantara (GBN) untuk yang keenam kalinya pada 9 Agustus 2021 diharapkan dapat menggugah masyarakat agar kembali mencintai produksi buah-buahan di dalam negeri.

Penyelenggaraan Gelar Buah Nusantara (GBN) ke-6 tahun 2021 merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan daya saing serta konsumsi buah nusantara yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 seharusnya bisa menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali mencintai produk buah di dalam negeri selain dari segi harga lebih terjangkau juga dari segi rasa dan warna tidak kalah dengan produk impor.

GBN ke-6 diselenggarakan juga untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-76 Kemerdekaan RI serta mendukung program "Bangga Buatan Indonesia" dengan melibatkan lebih banyak lapisan masyarakat, mulai dari petani selaku produsen buah, pelaku UMKM, eksportir buah, pelaku pasar, serta kementerian/lembaga terkait baik di pusat maupun di daerah

Ini kolaborasi untuk melakukan gerakan bersama dalam rangka peningkatan konsumsi buah nusantara.

Presiden Joko Widodo dalam gelaran GBN mengatakan di masa pandemi masyarakat harus menjaga stamina dan meningkatkan imunitas tubuh dengan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit.

“Dengan mengonsumsi buah nusantara, kita tidak hanya menambah asupan gizi di masa pandemi, tetapi juga membantu petani-petani buah di negara kita agar semakin semangat, produktif dan sejahtera,” kata Presiden Jokowi.

Baca juga: Petani Batola, Kalsel sukses kembangkan sentra pertanian semangka

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Sibolga, Sumatera Utarapanen semangka untuk kedua kalinya dalam tahun ini yang menghasilkan sebanyak empat ton. (ANTARA/Jason)
Dukungan
Dalam pengembangan hortikultura di Indonesia, petani di Indonesia mendapat dukungan penuh tidak hanya dari pemerintah tetapi juga badan usaha BUMN/swasta dalam bentuk tenaga penyuluh.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk didorong dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional dan bahkan mampu meningkatkan devisa negara melalui ekspor.

Pada tahun 2020, nilai ekspor hortikultura sebesar 645,48 juta dolar AS, meningkat sebesar 37,75 persen dibanding tahun 2019. Peningkatan ekspor ini didominasi oleh komoditas buah-buahan.

Selama masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020, nilai realisasi ekspor buah-buahan tercatat sebesar 389,9 juta dolar AS, meningkat 30,31 persen dibanding tahun 2019. Lima negara tujuan utama, yaitu China, Hongkong, Malaysia, Arab Saudi dan Pakistan.

Dalam ajang GBN ke-6, Airlangga mengajak masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsi buah produksi dalam negeri.

Rangkaian acara Gelar Buah Nusantara ke-6 tahun 2021 ini diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan buah nusantara untuk berjaya di dalam negeri dan berdaya saing di luar negeri dengan harga yang kompetitif.

"Konsumsi buah nusantara untuk menjaga imunitas tubuh! Ayo makan buah!,” kata Menko Airlangga.

Produk hortikultura di Indonesia memang beragam bahkan dengan teknologi sekarang ini sangat dimungkinkan untuk menentukan tingkat kemanisan hingga warna dari buah agar terlihat menarik.

Seperti dikembangkan PT East West Seed Indonesia (Ewindo) selaku produsen benih sayuran di Indonesia yang mengembangkan melon ALINA F1 yang kini banyak digunakan petani.

Melalui riset yang panjang melon ini didesain tahan terhadap virus gemini serta memiliki tingkat kemanisan di atas melon lainnya yang ditandai dengan tingkat Brix 11 sampai 13 persen.

Selain itu, melon jenis ini juga tahan untuk disimpan dan produktivitasnya tinggi mencapai 40 hingga 50 ton per hektare.

Tak hanya itu Ewindo juga memiliki benih unggul semangka yang dikenal di kalangan petani dengan nama Garnis F1 yang merupakan semangka berdaging kuning dengan ukuran buah yang besar, budi dayanya mudah, tahan simpan serta toleran terhadap penyakit "downey mildew".

Semangka jenis ini mampu berproduksi sebanyak 15-20 ton per hektare. Ewindo memiliki sembilan varietas yang kerap digunakan petani di Indonesia.

Baca juga: Mendag lepas ekspor perdana produk semangka ke Uni Emirat Arab

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memetik melon milik para petani di Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (20/8/2021). (ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian)
Distribusikan
Masih dalam rangkaian GBN ke-6, Ewindo telah menyalurkan melon Alina F1 dan semangka Garnis F1 ke pada tenaga kesehatan di rumah sakit.

Salah satunya, Rumah Sakit Siloam Purwakarta yang mendapat 400 buah melon dan semangka jenis tersebut. Berdasarkan testimoni dari tenaga kesehatan mereka sangat menyukai dengan rasa dari buah-buahan tersebut.

Melon Alina F1 dan semangka Garnis F1 memang sudah memiliki penggemar di kota besar seperti Jakarta sehingga komoditas ini kenapa di tempatkan pada pasar-pasar modern.

General Manager Corporate Affairs Ewindo,
Fransiska Fortuna mengatakan, sejak beroperasi pada tahun 1990, perusahaan kerap membantu petani hortikultura di Indonesia baik menyediakan benih unggul, transfer teknologi, hingga membantu pemasaran produk pertanian.

Terakhir, pihaknya telah mengedukasi petani untuk pemanfaatan teknologi digital dalam mengembangkan produk hortikultura.

Fransiska mengatakan, saat ini sudah tujuh juga petani komersial yang menjadi mitra dari perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagian besar mereka berhasil meningkatkan taraf hidupnya dengan menjadi petani hortikultura. "Tugas kami dalam hal ini memproduksi benih sesuai dengan selera dan keinginan pasar agar petani tetap dapat untung," kata Fransiska.

Namun yang lebih penting lagi bagi petani di Indonesia adalah tersedianya tenaga penyuluh lapangan yang membimbing mereka apabila menemui kesulitan.

Salah satu contohnya apabila tanaman terserang penyakit, tentunya butuh pendampingan agar kerugian yang diderita tidak terlalu besar.

Momentum GBN ini diharapkan menjadikan petani hortikultura lebih sejahtera dan mampu bersaing dengan produk impor yang volumenya juga kian banyak masuk ke Indonesia.

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021