Kulon Progo (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mendorong pelaku usaha kecil menengah di Indonesia mulai menggarap pasar dalam negeri seiring sulitnya ekspor produk UMKM karena kelangkaan kontainer.
Teten Masduki di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, mengatakan saat ini sedang krisis global yang menyebabkan sistem logistik tertanggu, misalnya kasus di Indonesia, yakni semakin sedikit mengimpor barang dari luar, praktis kontainer yang masuk ke Indonesia berkurang.
"Sebenarnya kita bisa mengadakan kontainer sendiri tapi biaya pengiriman menjadi mahal. Itu yang kami belum tahu solusinya," kata Teten Masduki disela-sela meninjau UKM Martini Natural di Kecamatan Sentolo.
Saat ini, lanjut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM sedang mempelajari persoalan kelangkaan kontainer dan keberlangsungan ekspor produk UKM ini dari negara lain.
"Apakah akan memberi subsidi atau seperti apa, ini sedang kami kaji sehingga ekspor produk UKM dari Indonesia bisa berjalan semestinya," katanya.
Ia juga mengakui bahwa Kemenkop-UKM belum menyiapkan skema khusus persoalan ekspor produk UKM pada masa pandemi COVID-19 ini. Sampai saat ini, Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) belum membahas persoalan kemudahan ekspor produk lokal UKM pada masa pandemi ini.
"Memang harus dihitung subsidinya bila mengadakan kontainer seberapa besar kebutuhannya dan berapa kali lipat subsidi itu bisa melahirkan peluang bisnis," katanya.
Teten juga mengakui ada penurunan ekspor produk UKM sebesar 14 persen pada 2021 ini. Untuk itu, Kemenkop-UKM mendorong pelaku eksportir dan pelaku UKM menggarap pasar lokal seiring turunnya dan larangan impor produk dari luar negeri.
"Menurut saya, untuk produk UMKM akan kami fokuskan pada pasar dalam menegeri. Untuk mensubtitusi ekspore. Saat ini, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor seperti sayur, buah-buahan, diisi produk lokal. Begitu juga produksi pakaian muslim sudah tidak bisa diimpor, bisa diisi dengan produk pasar lokal. Apalagi mendapatkan kontainer susah, lebih baik menembus pasar dalam negeri," katanya.Pelaku ekspor UKM produk kerajinan dari Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Martini mengakui selama pandemi COVID-19 ini pelaku UKMK di Kulon Progo kesulitan ekspor produk kerajinan karena sulitan mendapatkan kontainer untuk pengiriman barang. Kalau pun ada dikenai biaya dua kalipat dibandingkan sebelum ada pandemi. Produk UKM dari Kulon Progo diekspor ke Amerika, dan Eropa.
"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah pusat," ujarnya.
Baca juga: Digitalisasi dan kolaborasi kunci UMKM tumbuhkan ekonomi inklusif
Baca juga: Dukung Gernas BBI Pelangi Sulawesi, BNI kurasi dan digitalisasi UMKM
Baca juga: Kemenkop-UKM, Baznas, dan Pemprov DIY beri bantuan modal usaha mikro
Pewarta: Sutarmi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021