Seperti dilaporkan Telegraph, dokumen yang dibocorkan situs Wikileaks itu antara lain mengatakan pemimpin Arab mendesak AS untuk membombardir fasilitas nuklir milik Iran.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menganggap dokumen itu sebagai peperangan psikologis dari Amerika Serikat namun tak akan berdampak pada hubungan Iran dengan bangsa lain.
Dokumen itu sepertinya menunjukkan beberapa bangsa Arab, terutama Saudi Arabia, lewat Raja Abdullah secara berulang kali meminta Washington untuk "memotong kepala ular" selagi masih ada waktu.
Ahmadinejad pada konferensi persnya mengatakan bahwa hubungan Iran dengan negara tetangganya tak akan dirusak oleh laporan itu.
"Negara-negara di kawasan ini berkawan satu sama lain. Kejahilan itu tak akan berdampak pada hubungan antar negara di kawasan," Ujarnya seperti dikutip Reuters.
"Bagian dari pemerintahan AS membuat dokumen ini," tuturnya. "Kami tak menganggap informasi ini telah bocor. Kami pikir dokumen itu telah direncanakan untuk disebarkan melalui sumber umum dan mereka mengejar tujuan politik."
Berita-berita yang beredar menyebutkan bahwa Ahmadinejad menyebut dokumen itu "tak berharga" dan tanpa "nilai hukum".
Konferensi pers Ahmadinejad telah dijadwalkan sebelum dokumen-dokumen tersebut dibocorkan Wikileaks.Jumpa pers tersebut sebelumnya diperkirakan akan berfokus pada persoalan proses negosiasi Iran yang dijadwalkan 5 Desember atas program nuklirnya.
(Yud/A038/BRT)
Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010