Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Bom mobil meledak di luar sebuah restoran di kota Baquba sebelah timurlaut Baghdad, Senin, menewaskan tiga warga sipil dan melukai 22 orang, kata beberapa sumber rumah sakit dan kepolisian.
Mobil itu diparkir di depan restoran tersebut ketika meledak, menewaskan tiga orang yang sedang lewat. Beberapa korban cedera berada di dalam restoran itu, kata sumber kepolisian.
Baquba terletak sekitar 65 kilometer sebelah utara Baghdad, ibukota Irak.
Sebelumnya Senin, polisi menemukan mayat seorang polisi dan seorang anggota milisi Sahwa pro-pemerintah di Baiji barat, 180 kilometer sebelah utara Baghdad.
Polisi juga menemukan mayat seorang wanita yang ditembak di Mosul timur, 390 kilometer sebelah utara Baghdad.
Juga Senin, gerilyawan membom tiga menara transmisi listrik di provinsi Anbar, Irak, yang mengakibatkan listrik padam di banyak kota wilayah barat, dalam serangan pertama terhadap jaringan listrik selama beberapa bulan ini, kata sejumlah pejabat.
Polisi mengatakan, bom rakitan digunakan untuk menghancurkan tiga menara di dekat kota Haditha, yang mengacaukan aliran listrik di Qaim, Akashat, Rutba dan sejumlah kota serta desa lain.
"Itu operasi sabotase," kata Amir al-Ani, kepala distribusi listrik di daerah itu. "Perbaikan menara itu akan diselesaikan pada akhir pekan ini."
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari gelombang kekerasan yang meningkat lagi di Irak.
Serangan itu terjadi hanya beberapa bulan setelah berakhirnya operasi tempur AS di Irak pada 31 Agustus.
Penarikan pasukan Amerika dilakukan bertepatan waktunya dengan meningkatnya serangan bom mobil dan penembakan yang ditujukan pada pasukan Irak yang mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukan AS sejak 2009.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.
Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.
Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010