Jakarta (ANTARA) - Sejumlah fotografer profesional memberikan kiat seputar cara memotret yang dapat digunakan untuk keperluan dokumentasi atau edukasi dalam melakukan kegiatan konservasi alam.
“Fotografi memberikan banyak pesan buat kami yang bekerja untuk kegiatan konservasi. Khususnya untuk konservasi laut, untuk sebagai data base perubahan. Jadi fotografi itu bisa sebagai time series,” kata Koordinator Program BHS Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan fotografer bawah laut Wawan Mangile dalam Dialog konservasi bertajuk “Beraksi Untuk Bumi” secara daring di Jakarta, Jumat.
Untuk menghasilkan sebuah foto bawah laut yang bagus, dia mengatakan penting untuk mengenal dengan baik kemampuan kamera yang dimiliki, sekaligus mempelajari jenis spesies yang akan dipotret.
Ia menjelaskan, cahaya matahari menjadi komponen penting selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar supaya dapat menggambarkan sebuah cerita dan menonjolkan dimensi yang berbeda.
Baca juga: Fotografer: Foto memiliki peran besar dalam konservasi alam
Baca juga: Dilepasliarkan, 25 ekor burung dilindungi di Maluku Utara
Pengambilan foto di bawah laut, kata dia, juga memerlukan cahaya lampu tambahan atau flash underwater yang dapat membantu pemilihan waktu terbaik untuk memotret.
“Kalau untuk di laut memang sangat berpengaruh, ya, cahaya, karena spektrum cahaya itu setiap warna berbeda di setiap ke dalaman,” kata dia menjelaskan cahaya menjadi komponen penting.
Terakhir Wawan menyatakan saat melakukan pengambilan foto di bawah laut, setiap orang wajib melatih kemampuan menyelam dan lebih memperhatikan diri agar tidak panik pada saat berkegiatan memotret sebuah objek, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan nyawa khususnya saat menyelam pada ke dalaman tertentu.
“Saya selalu sarankan saat terjun untuk fotografi bawah laut itu, pesan saya kita harus memperbaiki teknik penyelaman, kemudian kita tahu setingnya seperti apa,” kata dia.
Fotografer Profesional Arbain Rambey mengatakan penting bagi orang yang mau memotret untuk mengetahui lebih dahulu semua hal terkait dengan objek yang akan difoto.
“Saya terbiasa bahwa sebuah foto itu terjadi sebelum saya buat. Seperti saya mau ke Sumba, saya sudah mencari tahu, saya akan kemana saja dan kemudian saya bisa dapat foto apa saja,” kata Arbain.
Pencarian informasi terkait suatu objek dapat mencegah seseorang gagal untuk mendapatkan foto terbaik yang ditargetkan. Selain itu, dapat meningkatkan sikap kewaspadaan seseorang apabila bertemu dengan satwa-satwa langka yang muncul secara tiba-tiba.
Untuk mengambil sebuah foto yang berkualitas, dia menyarankan untuk mempelajari terlebih dahulu jam terbaik dari sebuah objek yang akan dipotret.
“Foto outdoor itu tergantung cahaya matahari. Jadi ada waktu-waktu khusus kita enggak bisa asal motret. Artinya, kalau memang kita memakai cahaya matahari harus siap,” kata dia.
Terdapat tiga macam waktu yang memiliki jenis pencahayaan yang berbeda-beda yakni pukul tujuh pagi, 12 siang dan pukul lima sore hari.
Cara selanjutnya adalah meniru apa yang sudah ada. Dia mengatakan peniruan pengambilan foto dapat dicontoh melalui gambar yang ada pada kartu atau buku.
Arbain menjelaskan, kekayaan alam Indonesia tidak akan pernah habis untuk dipotret. Terlalu banyak hal yang dapat digali lebih dalam seperti hewan endemik yang hanya berada di suatu daerah saja.
“Kalau dari sisi fotografi, potretlah indonesia selama anda bisa. Anda akan selalu menemukan hal baru dan juga menyimpan yang lama,” ucap dia.*
Baca juga: Ekskavasi BKB di Bojong Mendut temukan pecahan tembikar
Baca juga: BBKSDA Riau lepasliarkan delapan ekor kukang di hutan konservasi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021