Jakarta (ANTARA) - Pundi-pundi medali kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020 bertambah setelah Saptoyogo Purnomo menyumbang perunggu pada cabang olahraga para-atletik nomor 100 meter putra T37 pada Jumat.

Saptoyogo membuat kejutan setelah finis ketiga dengan catatan waktu 11,31 detik pada laga final yang bergulir di Olympic Stadium, Tokyo.

Dia berada di belakang wakil Amerika Serikat Nick Mayhugh yang meraih emas dengan catatan waktu 10,95 detik dan Andrei Vdovin (Komite Paralimpiade Rusia) yang membawa pulang perak dengan catatan waktu 11,18 detik.

Saptoyogo memastikan tiket finalnya setelah berhasil melewati babak penyisihan dan menjadi yang tercepat pada heat 1 dengan catatan waktu 11,33 detik.

"Medali perunggu ini merupakan sebuah kejutan di Paralimpiade Tokyo. Awalnya saya hanya ditarget untuk pecah rekor pribadi, tetapi bersyukur bisa dapat medali perunggu," kata Saptoyogo dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Saptoyogo sabet perunggu di nomor 100 meter

Slamet Widodo selaku pelatih juga mengapresiasi keberhasilan anak asuhnya itu merebut medali perunggu dalam pesta olahraga untuk atlet disabilitas terbesar di dunia tersebut.

"Awalnya, kami melakukan pelatnas untuk Paralimpiade tahun lalu, namun karena Paralimpiade mundur ke tahun ini, maka persiapan Saptoyogo makin matang. Dia memang disiplin dengan menjalankan semua program pelatih dalam latihan sehingga berhak atas prestasi ini," ujar Slamet.

Saptoyogo masih memiliki satu lomba tersisa di nomor 200 meter T-37 pada Jumat (3/9) mendatang.

Dengan tambahan satu medali perunggu dari Saptoyogo, kontingen Indonesia untuk sementara berada di urutan ke-35 dalam peringkat perolehan medali Paralimpiade Tokyo 2020.

Sebelumnya, kontingen Indonesia juga sukses menyabet medali perak melalui Ni Nengah Widiasih yang turun pada kelas 41kg putri cabang olahraga para-powerlifting.

Sementara posisi pertama diraih China dengan mengantongi 20 emas, 11 perak dan 14 perunggu. Posisi kedua ditempati rombongan atlet Inggris Raya dengan perolehan 9 emas, 10 perak dan 9 perunggu. Kemudian di urutan ketiga, yaitu RPC dengan 9 emas, 7 perak dan 10 perunggu.

Baca juga: Ni Nengah Widiasih rebut perak Paralimpiade gegara protes pelatih

Perjuangan Fadli dan Adyos selesai

Sementara itu, nasib berbeda dialami dua wakil Indonesia Muhammad Fadli Imammuddin dari cabang olahraga para-balap sepeda dan Adyos Astan wakil dari para-tenis meja. Perjuangan keduanya selesai di Paralimpiade Tokyo 2020.

Fadli pulang dengan tangan hampa setelah terhenti pada babak kualifikasi nomor C4 4000m individual pursuit di Izu Velodrome, Jumat.

Ia harus puas berada di posisi keenam pada lomba heat keenam dengan catatan waktu 4 menit 50,393 detik.

Pada babak kualifikasi, dua peserta dengan catatan waktu terbaik berhak melaju ke final untuk memperebutkan medali emas. Sementara posisi ketiga dan keempat pada babak kualifikasi akan memperebutkan medali perunggu.

Berdasarkan hasil perlombaan nomor C4 4000m individual pursuit di Izu Velodrome, Jozef Metelka (Slovakia) keluar sebagai peraih emas setelah mengalahkan Carol-Eduard Novak dari Rumania di final. Sedangkan perunggu diraih oleh Diego German Duenas dari Kolombia.

Bagi Fadli, lomba tersebut adalah kesempatan terakhirnya setelah satu hari sebelumnya ia juga belum berhasil meraih hasil terbaik pada nomor C4-C5 1000m time trial putra setelah finis di urutan ke-17 dengan catatan waktu 1 menit 10,423 detik.

Baca juga: M Fadli terhenti di babak kualifikasi Paralimpiade Tokyo

Nasib serupa dialami Adyos Astan yang langkahnya terhenti di babak 16 besar kelas 4. Tampil di meja delapan Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jumat, Adyos Astan kalah dari wakil Mesir Sameh Mohamed Saleh dengan skor 2-3 (11-6, 8-11, 13-15, 12-10, 9-11) dalam durasi 40 menit.

Adyos sejatinya mengawali pertandingan dengan baik. Dia mampu memenangi gim pertama dalam durasi lima menit dengan skor 11-6.

Namun pada gim kedua hingga ketiga, Adyos Astan kewalahan menghadapi Saleh. Dia pun kalah masing-masing dengan skor 8-11 dan 13-15.

Adyos Astan sempat bangkit pada gim keempat dengan meraih kemenangan 12-10. Sayang pada gim penentu atau kelima, dia kembali kalah dengan skor 9-11.

Dengan hasil ini, pejuangan Adyos Astan di Paralimpiade Tokyo 2020 pun selesai.

Baca juga: Komet dan Adyos diharapkan tampil lebih "pede" pada laga kedua

Komet Akbar susul David Jacobs

Sementara itu, Komet Akbar berhasil menyusul David Jacobs ke perempat final kelas 10 setelah mengalahkan wakil Prancis Gilles de la Bourdonnaye pada laga terakhir babak penyisihan Grup A kelas 10 di meja dua dengan skor 3-2 (11-6, 5-11, 7-11, 11-8, 11-9).

Perjalanan Komet tidak lah mudah. Dia harus bersaing lima gim sebelum akhirnya menang. Kedua atlet tersebut memang berjuang mati-matian untuk bisa memenangi laga penentu itu.

Komet mengawali pertandingan dengan baik. Dia menuntaskan perlawanan Bourdonnaye dalam waktu lima menit pada gim pertama dengan skor 11-6.

Namun, kondisi berbalik pada dua gim selanjutnya. Pada gim kedua, Komet tak mampu menjaga konsistensi hingga akhirnya kalah 5-11 dalam durasi enam menit.

Kondisi serupa terjadi pada gim ketiga yang berlangsung delapan menit. Komet lagi-lagi kalah dengan skor 7-11.

Pada dua gim terakhir, wakil Indonesia itu bangkit dan memastikan kemenangannya pada gim keempat dan kelima, masing-masing dalam durasi delapan menit dengan skor 11-8 dan 11-9.

Baca juga: Komet Akbar ikuti jejak David Jacobs ke perempat final para tenis meja

Kemenangan itu menjadi yang pertama bagi Komet atas Bourdonnaye yang notabene hadir sebagai unggulan kedelapan di kelas 10 Paralimpiade Tokyo tahun ini.

Lebih dari itu, hasil tersebut sekaligus memastikan Komet melaju ke babak delapan besar. Dia akan melanjutkan perjuangannya pada Sabtu (28/8) dengan kembali melawan wakil Prancis, yakni Mateo Boheas.

Terima kasih, Muhammad Fadli Imammuddin dan Adyos Astan telah berjuang. Selamat kepada atlet Indonesia yang masih bertahan, dan semoga pundi-pundi medali terus bertambah.

Baca juga: Klasemen medali Paralimpiade: China memimpin, Indonesia urutan ke-35

Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021