TIM akan menjadi barometer seni

Jakarta (ANTARA) - Taman Ismail Marzuki (TIM). Siapa tak tahu nama tenar di dunia seni dan budaya di dalam maupun di luar negeri ini?

Sebutan "Seniman TIM" selalu melekat pada pegiat seni dan budaya di sini. Teater Arena dan Planetarium adalah ikon yang amat terkenal di publik.

Tapi seiring waktu, beberapa tempat berseni dan berpentas tidak ada lagi di sini. Sebut saja, pamor Teater Arena surut lalu hilang.

Hilangnya Teater Arena beriringan dengan hilangnya Teater Halaman dan juga Wisma Seni.

Itu menjadi pertanda popularitas TIM surut di tengah semakin beragam tempat bagi warga untuk mengisi hari luangnya.

Untuk bioskop dan menonton pentas seni atau sekedar "jalan-jalan", dulu warga selalu ke TIM. Kini semakin banyak tempat bagi warga untuk menikmati hal itu.

Karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan revitalisasi untuk menghadirkan kembali TIM yang menjadi magnet kesenian dan kebudayaan.

Revitalisasi ini ditangani BUMN DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mencanangkan dimulainya revitalisasi TIM pada Rabu, 3 Juli 2019.

Baca juga: TIM sajikan arena pertunjukan teater di dalam dan luar ruangan

Semula dianggarkan Rp1,8 triliun, namun berkurang menjadi Rp1,6 triliun karena pembatalan rencana pembangunan hotel.

Anggaran untuk pemutakhiran dan peningkatan kawasan pusat seni menuju tingkat internasional itu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pekerja menyelesaikan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (10/8/2021). Memasuki minggu ke-107 realisasi revitalisasi Taman Ismail Marzuki tahap satu mencapai 96 persen, sedangkan tahap kedua 27 persen sehingga total progres pengerjaan keseluruhan sudah mencapai 64,75 persen. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

Gubernur berharap kelak TIM yang digagas Gubernur DKI Jakarta (saat itu) Ali Sadikin dapat menjadi pusat seni yang tak hanya dikenal di Indonesia, namun hingga ke Asia, bahkan ke seluruh dunia.

Dua tahap
Revitalisasi TIM dibagi dua tahap.

Tahap pertama, meliputi pengerjaan Gedung Panjang yang memiliki fasilitas terbanyak.

Di sana ada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin, pusat kuliner, galeri seni, ditambah ruang publik bernuansa hijau di depannya.

Kemudian Masjid Amir Hamzah dan Gedung Parkir. Gedung Parkir TIM dengan taman di bagian atasnya sudah dijadikan spot foto yang menarik oleh warga Jakarta.

Namun, untuk parkir kendaraan disiapkan tempat yang terbatas.

Tahap kedua, revitalisasi mencakup pengerjaan Graha Bakti Budaya (GBB), peningkatan kapasitas Planetarium hingga menyiapkan galeri kesenian.

Baca juga: Revitalisasi TIM, seniman apresiasi teater arena dihadirkan kembali

Untuk Masjid Amir Hamzah telah diresmikan oleh Gubernur Anies Baswedan pada 3 Juli 2020.

Bangunan masjid dan gedung parkir ini memiliki ciri bangunan minimalis dan modern. Taman yang berada di atap parkir menjadi daya tarik tersendiri untuk menikmati ruang terbuka hijau dari atap bangunan.

Masjid Amir Hamzah juga dibangun dengan konsep futuristik, mengusung konsep minimalis dan ramah lingkungan. Dirancang oleh arsitek kenamaan Isandra Matin Ahmad atau dikenal Andra Matin.

Bangunan masjid dilengkapi taman persegi seluas kurang lebih 470 meter persegi (m2), dihiasi pohon-pohon rindang hasil pindahan pohon yang ditanam di depan TIM.

Uniknya masjid ini tidak memiliki kubah layaknya masjid di Indonesia, dengan menara berbentuk persegi yang berdiri tegak mengandung makna tauhid.

Selain membangun area-area yang sempat hilang di masa lalu, Jakpro juga menambahkan ruang terbuka hijau (RTH) dalam revitalisasi TIM. Luas RTH sebelumnya hanya ada 11 persen menjadi 27,2 persen.

Meski revitalisasi membutuhkan dana tidak sedikit, namun Pemprov DKI telah menegaskan tak akan komersialisasi TIM setelah revitalisasi.

Bahkan fasilitas-fasilitas ada di kawasan TIM tetap berbiaya terjangkau. Fasilitas-fasilitas dibangun dengan skala dan kualitas internasional, tetapi harganya terjangkau.

Bagi Pemprov DKI Jakarta, TIM bukanlah tempat mencari pendapatan daerah lewat biaya sewa fasilitas.

Baca juga: Taman Ismail Marzuki didorong jadi magnet seni Betawi-Indonesia

Dipisah
Pengelolaan antara infrastruktur dan konten kebudayaan di TIM akan dipisah. Pengelolaan infrastruktur dan properti diberikan kepada Jakpro.

Tapi kegiatan seni, program, aktivitas dan pentas budaya diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan bersama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Jadi, kontennya sama sekali tidak di tangan Jakpro. Jakpro adalah badan usaha bidang properti dan infrastruktur, tidak punya kompetensi dan tidak punya rekam jejak (track record) mengelola konten seni.

Hingga 23 Agustus 2021, revitalisasi TIM sudah mencapai 67,83 persen untuk keseluruhan pekerjaan pada tahap satu dan dua.

Pengerjaan konstruksi revitalisasi untuk tahap satu sudah mencapai 97 persen dengan rincian dua fasilitas yang sudah selesai dibangun, yakni Masjid Amir Hamzah dan gedung parkir.

Adapun untuk revitalisasi tahap dua yang baru berjalan sejak Maret 2021, sudah memasuki minggu ke-28 dengan perkembangan secara keseluruhan mencapai 31,76 persen.

Ilustrasi Teater Arena. ANTARA/Dokumen Pribadi

Sejumlah fasilitas yang dibangun pada tahap dua mencakup Wisma Seni, Galeri Annex, Graha Bhakti Budaya, Teater Halaman dan renovasi Planetarium.

"Masih 'on the track' sesuai dengan target awal," kata Manajer Komunikasi Proyek Revitalisasi TIM Yeni Kurnaen saat dihubungi di Jakarta, Senin (23/8).

Baca juga: Konsep guyub akan dominasi kamar di Wisma Seni Taman Ismail Marzuki

Apresiasi
Kembali hadirnya Teater Arena di TIM patut diapresiasi karena dapat memfasilitasi karya seni khususnya seni pertunjukan.

Teater Arena dipandang akan lebih sesuai dengan seni pertunjukan Indonesia yang kebanyakan menggunakan panggung arena dengan penonton yang melingkar, bukan panggung proscenium.

Procenium adalah salah satu gaya panggung dengan posisi, penonton dan panggung berhadap-hadapan.

Teater Arena sangat mendukung untuk menampilkan karya-karya modern yang sifat penontonnya (duduk) melingkar dan terbuka.

Model seperti itu sangat banyak di Indonesia, terutama seni pertunjukan yang kebanyakan menggunakan arena.

Setelah revitalisasi, TIM makin menjadi ajang bagi seniman-seniman nasional untuk menampilkan karya mereka.

TIM akan menjadi barometer seni. Seniman seluruh Indonesia punya ajang bergengsi untuk menampilkan karya-karya seni.

TIM ini diambil dari nama Ismail Marzuki yang merupakan putra Betawi asal Kwitang, Jakarta Pusat.

Ia adalah komposer terbesar Indonesia dengan lebih 200 karya hingga diakui sebagai pahlawan nasional karena karya luar biasanya.

Karyanya sangat dikenal, mulai dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini untuk memberikan inspirasi perjuangan, asmara hingga cinta Tanah Air.

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021