"Semangat maritim sudah menggelora di bumi pertiwi tercinta ini, namun semangat maritim tersebut menjadi luntur karena pola hidup dan orientasi bangsa dibelokkan dari orientasi miritim ke orientasi darat," kata Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute (IMI), Y Paonganan di Jakarta, Senin.
Jika mencermati istilah tentang Negara Maritim, lanjut Paonganan, maka saat ini Indonesia belum bisa dikatagorikan sebagai Negara Maritim tapi masih sebatas Negara Kepulauan. Jika ada kesepahaman dan ada komitmen para pemimpin bangsa ini untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Maritim yang besar dan kuat serta disegani dunia Internasional, peluangnya sangatlah besar.
"Modal dasar sebagai Negara Kepulauan dengan posisi strategis serta kekayaan sumberdaya alam yang begitu melimpah memberikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk merealisasikan ‘Kodrat Tuhan’ untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan paling strategis di dunia. Selain itu juga bisa lebih dimaksimalkan pencapaian cita-cita bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur," katanya.
Paonganan menegaskan, perjuangan menuju Negara Maritim memang tidak mudah, namun jika seluruh bangsa ini memiliki kesamaan visi dan kebulatan tekad, maka hal tersebut bukanlah hal yang mustahil.
Deklarasi Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982 memberikan peluang yang besar bagi bangsa Indonesia untuk diimplementasikan secara serius melalui kebijakan-kebijakan pembangunan nasional yang memprioritaskan orientasi yang berbasis maritim.
"Melahirkan kebijakan pembangunan melaui perundang-undangan, pembangunan kekuatan armada pertahanan, armada perdagangan, industri dan jasa maritim yang ditunjang dengan penguasaan iptek merupakan upaya serius yang harus segera dilakukan menuju Indonesia sebagai negara maritim yang jaya di laut, sejahtera di darat dan perkasa di Udara," demikian Paonganan.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010