Ketiga gejala itu adalah tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan salah satu anggota gerak tubuh dan terganggunya bicara.
"Gejala paling banyak yang dialami pasien stroke, tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan dari salah satu anggota gerak, bicara terganggu," ujar dr. Mursyid Bustami yang juga menjabat Direktur Utama di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta dalam sebuah virtual media briefing, Jumat.
Selain ketiga gejala ini, ada juga pasien yang merasa sakit kepala yang tidak biasa, sangat hebat diikuti penurunan kesadaran, pusing dan gangguan perilaku.
Mursyid yang juga tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) mengatakan, bila gejala-gejala ini muncul maka pasien perlu segera mendapatkan penanganan tenaga medis.
Baca juga: Tusuk jari dapat menolong orang yang terserang strok? Ini faktanya!
Baca juga: Memahami stroke pada bayi dan anak
Dia hanya memiliki waktu maksimal 4,5 jam sebelum kematian sel saraf terjadi atau hal-hal buruk lainnya termasuk kematian.
"Kalau ada gejala, terjadi mendadak atau akut, yang harus dilakukan harus pergi ke fasilitas kesehatan. Cari rumah sakit yang tepat, yang bisa melayani cepat. 4,5 jam itu golden periode. Satu detik bisa bermanfaat mencegah kematian sel saraf. Kalau kita delay sejam dua jam akibatnya akan buruk," kata dia.
Mursyid mengatakan, kecacatan yang bisa terjadi bila penanganan terlambat diberikan bisa bervariasi dari yang tak terlihat seperti gangguan konsentrasi, masalah mengingat, hingga kasat mata antara lain melemahnya anggota gerak yang bahkan membuat pasien selamanya harus beraktivitas di atas tempat tidur
Terkait kejadian stroke, Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) sekaligus dokter spesialis saraf dr. Adin Nulkhasanah, SpS, MARS, mengatakan kondisi ini akibat terganggunya peredaran darah otak, bisa akibat sumbatan (80 persen) atau pendarahan.
"Karena sumbatan ini dan gangguan pembuluh darah di otak, fungsi-fungsi di otak juga terganggu," kata dia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan stroke seperti usia, genetik, lalu faktor penyakit seperti kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, obesitas serta gaya hidup tak sehat mencakup penuh stres, malas berolahraga dan pola makan buruk.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memperlihatkan stroke dialami 7 per 1000 orang dan angka ini naik menjadi 10,9 pada tahun 2018. Adin memprediksi kejadian stroke yang meningkat seiring masih tingginya angka faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes.
Baca juga: Gejala stroke mulai ancam kelompok usia muda
Baca juga: FAST Rescue, aplikasi untuk bantu tangani pasien stroke
Baca juga: Dokter: Bijak konsumsi santan jika punya riwayat stroke
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021