Martapura (ANTARA News) - Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) Endah Labaty mengatakan, dua kecamatan di kabupaten tersebut termasuk endemis malaria.
"Dari 19 kecamatan di Kabupaten Banjar terdapat dua kecamatan yang menjadi wilayah endemis malaria, yakni Kecamatan Paramasan dan Kecamatan Sungai Pinang," ujarnya di Martapura, Senin.
Ia mengatakan, hingga akhir 2010 masih banyak penduduk kecamatan tersebut yang terserang penyakit akibat gigitan nyamuk Anopheles itu sehingga masuk kategori endemis Malaria.
Banyaknya penduduk dua kecamatan tersebut yang terserang penyakit malaria disebabkan wilayah kecamatan itu masih banyak hutan sehingga menjadi tempat hidup nyamuk pembawa penyakit malaria.
Disebutkan, jumlah kasus serangan penyakit malaria sepanjang 2009 di Kecamatan Paramasan terdata sebanyak 363 kasus dan Kecamatan Sungai Pinang sebanyak 534 kasus.
"Memasuki akhir tahun 2010, jumlah penderita malaria yang ditangani mengalami penurunan, namun berapa jumlahnya masih diinventarisir dan baru terdata secara keseluruhan pada akhir tahun," jelasnya.
Dia mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan agar serangan penyakit itu bisa diminimalisir sehingga jumlah penderita berkurang di masa mendatang.
"Kami berupaya menekan serangan penyakit malaria melalui program yang dilaksanakan, di antaranya sosialisasi kepada masyarakat dan pemberian peralatan pencegah serangan nyamuk seperti kelambu," ujarnya.
Dia mengatakan, penyakit lain yang selama ini menghantui masyarakat di kabupaten itu adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mulai mengalami peningkatan.
Sepanjang 2009 jumlah serangan penyakit DBD tercatat sebanyak 85 kasus dan hingga Oktober 2010 sudah tercatat 87 kasus walaupun belum dinyatakan semua positif.
"Kami terus berupaya memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai cara efektif mencegah serangan DBD melalui gerakan tiga M yakni menguras, menimbun dan menutup barang-barang yang menjadi sarang atau tempat berkembangbiak nyamuk Aedes Aegypti," katanya. (ANT-128/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010