Jambi (ANTARA News) - Peserta seminar internasional Jambi Heritage yang berlangsung selama tiga hari berhasil merumuskan tujuh poin penting terkait rencana menjadikan kawasan Candi Muaro Jambi dan Geodiversity Merangin sebagai warisan dunia.
"Setelah mendapat arahan gubernur, pembicara kunci serta paparan dari narasumber serta tanggapan dan masukan dari peserta akhirnya disepakati tujuh poin penting," kata Junus Santrio Atmojo di Jambi, Minggu malam.
Direktur Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Pusat itu menyatakan hal tersebut saat membacakan hasil rumusan hasil seminar yang berlangsung tiga hari di Jambi.
Point pertama menggaris-bawahi bahwa masyarakat Jambi merasa bangga memiliki warisan budaya dan alam yang sangat penting artinya bagi pembentukan identitas kolektif sebagai "orang Jambi".
Dalam point kedua, seluruh pemangku kepentingan menyadari bahwa Jambi memainkan peranan penting dalam perkembangan agama Hindu-Budha di Asia serta berperan aktif di dalam proses pembentukan peradaban Nusantara seperti diketahui dalam catatan sejarah.
Saat ini kawasan arkeologi Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi menjadi contoh yang luar biasa dari kehidupan masyarakat Sumatera pada abad 6-14 Masehi. Kawasan ini menempati posisi strategis dalam perkembangan perdagangan dan kontak budaya antar bangsa.
Pada point ketiga, peranan strategis ini perlu diketahui generasi muda dan masyarakat dunia. Oleh karena itu menjaganya supaya tidak musnah atau menjadi rusak adalah prioritas yang penting sepanjang masa.
Keempat, selain itu Provinsi Jambi juga memiliki kekayaan alam yang tidak ternilai harganya, antara lain berupa batuan diendapkan pada masa Perem Awal dan Jura atau sekitar mulai 290 juta tahun lalu, yang saat ini menjadi satu-satunya lokasi di dunia yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Point berikutnya disebutkan bahwa sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sumber ekonomi alternatif yang bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan, warisan budaya dan alam ini perlu dikelola secara baik menggunakan standar dunia.
Untuk maksud itu, kawasan Muarajambi dan formasi Geologi Merangin perlu didaftarkan kepada UNESCO sebagai warisan dunia.
Pengakuan dunia atas kedua kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian pemangku kepentingan nasional maupun perhatian masyarakat global.
Dalam poin keenam disebutkan guna memenuhi harapan itu, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah dapat segera memulai pendataan potensi kewilayahan, penetapan batas-batas sebagai kawasan konservasi dan membentuk lembaga pengelola bersifat multi stakeholders.
Sementara dalam point ketujuh disebutkan bahwa penetapan tersebut seperti termuat pada butir keenam, harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, ujarnya.
Dasar rumusannya adalah Jambi memiliki kekayaan budaya dan alam yang unik, tidak dimiliki oleh wilayah lain di Indonesia. Kekayaan alam ini bukan milik generasi sekarang melainkan milik generasi yang akan datang.
Oleh karena itu seluruh peserta "International seminar on Jambi Heritage" menyadari pentingnya upaya nyata dan terpadu dari seluruh pemangku kepentingan, unsur masyarakat, dunia ilmu pengetahuan, dunia usaha, dan pemerintah bersama-sama melestarikannya.
Pelestarian ini adalah bukan tujuan perlindungan semata melainkan juga untuk memberi kesempatan kepada semua orang mengembangkan dan memanfaatkannya demi kesejahteraan masyarakat.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Didi Wurjanto mengaku bahagia soalnya upaya untuk menjadikan kawasan candi muaro Jambi dan geodeversity merangin sebagai warisan dunia mendapat dukungan banyak pihak.
Bahkan lebih dari 100 peserta yang ikut di dalam kegiatan ini terlihat sangat antusias mengikuti jalannya seminar hingga penutupan, tambah Didi Wurjanto.
"Saya sangat bahagia dengan semangat para peserta serta hasilnya. Meskipun acara ini berakhir bukan berarti langkah hanya sampai disini. Banyak pekerjaan menunggu kita ke depan. Saya optimis hal itu dapat terwujud dengan semangat kebersamaan," ujar Didi.
Narasumber dalam seminar ini dari berbagai negara dengan latar belakang yang beragam.
Di antaranya Masanori Nagaoka dari UNESCO Jakarta Office Prof Arlo Griffiths, seorang peneliti dari French School of Asia Studies (EFEO), Elizabeth seorang penulis dan wartawan.
Pembicara nasional di antaranya Kepala Badan Geologi Kementerian Enerji dan Sumber Daya Mineral Dr Ir Sukhyar, Direktur Peninggalan Purbakala pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmodjo.
Di samping itu juga hadir Bambang Budi Utomo, soerang peneliti senior pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Prof Dr Mundardjito, soerang guru besar Universitas Indonesia, dan Fauzie Hasibuan peneliti pada Badan geologi Kementerian Enerji dan Sumber Daya Mineral juga menjadi narasumber di seminar itu. (ANT-263/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010