Pasuruan (ANTARA News) - Ratusan wisatawan domestik dan mancanegara menyaksikan aktivitas Gunung Bromo yang setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) dari Puncak Penanjakan, Wonokitri, Tosari, Pasuruan, Jawa Timur, Minggu.
Aktivitas Gunung Bromo yang bersatus Awas (level IV) dan belakangan meningkat, menarik wisatawan untuk menyaksikannya dari jarak dekat.
Wisatawan memilih Puncak Penanjakan di Wonokitri, Tosari, Pasuruan karena lokasinya aman. Sementara, jika melalui Probolinggo yang harus melewati laut pasir, jalannya kini ditutup total, dengan pertimbangan keamanan.
Pumcak Penanjakan merupakan lokasi tertinggi untuk menyaksikan panorama Gunung Bromo, dan jika tidak terhalang kabut Gunung Semeru yang berada di kejauhan (belakang) juga terlihat jelas.
Yunianto, salah seorang staf dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Peberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Kementerian Kesehatan yang tengah melakukan pemantauan udara di sejumlah titik di sekitar Gunung Bromo mengatakan, kualitas udara di Puncak Penanjakan cukup aman bagi wisatawan.
"Berdasar hasil lab, kualitas udara di Puncak Penanjakan masih dibawah batas ambang batas noimal," ucap Yunianto mengungkapkan.
Pasangana wisatawan mancanegara, yakni Heinz dan Ivone dari Belanda mengaku, sangat tertarik dengan keindahan panorama Gunung Bromo. Meski telah mengetahui bahwa Gunung Bromo yang belakangan ini meningkat aktivitasnya, mereka mengaku tidak takut.
Bahkan aktivitas Gunung Bromo yang sedang meningkat, justru menjadi tontonan yang sangat menarik untuk disaksikan dan diabadikan.
Sukarji, seorang tokoh masyarakat Desa Sedaeng mengatakan, wisatawan tak perlu takut ke Bromo, lewat Pasuruan, karena masih aman dari dampak peningkatan aktivitas Gunung Bromo.
Sukarji menyayangkan munculnya pemberitaan, dan hiruk pikuk pejabat yang berlebihan, sehingga membuat wisatawan takut untuk mengunjungi ke Gunung Bromo.
Sukarji berharap agar pemerintah segera berkonsentrasi meningkatkan infrastuktur industri pariwisata di Gunung Bromo, seperti memperbaiki jalan antara Dingklik-laut pasir (kaldera) sepanjang 4 kilometer.
Padahal, lanjut Sukarji, jalan yang sudah rusak sekitar 4 tahun itu selalu dilalui wisatawan yang datang dari arah Probolinggo, maupun Pasuruan.
Sukarji mengaku prihatin terhadap kondisi infrastruktur wisata di Gunung Bromo yang telah mejadi ikon Jatim itu, kondisi jalannya tetap dibiarkan rusak.
Sukarji berharap pemerintah segera memperbaiki jalan yang telah rusak tersebut, agar warga suku Tengger di Gunung Bromo bisa melaksanakan ibadah, dan mengantarkan wisatawan dengan lancar.
(T.KR-MSW/C004/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010