Kupang (ANTARA News) - Hasil survei yang dilakukan sebuah lembaga sosial menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikelilingi lahan-lahan kritis, sehingga tidak pernah luput dari ancaman bencana alam.
"Wilayah tersebut menjadi langganan bencana alam seperti tanah longsor, erosi dan banjir bandang, karena dikelilingi lahan-lahan kritis," kata hubungan masyarakat LSM Studio Driya Media Kupang, Bernadus Watan Tapun, di Kupang, Minggu.
Hasil survei yang dikeluarkan LSM tersebut menyusul banjir bandang yang menerjang Desa Skinu di Kecamatan Toeanas pada 3 November 2010, yang mengakibatkan 16 orang tewas terbawa banjir serta 38 rumah penduduk hancur dan 161 rumah lainnya mengalami rusak ringan.
Ia mengatakan, data Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai Benanain-Noelmina menunjukkan bahwa luas lahan kritis di luar kawasan hutan dalam wilayah Kecamatan Amanuban Selatan, mencapai sekitar 15.829 hektare, sedang dalam kawasan hutan seluas 8.756 hektare.
Di Kecamatan Kuanfatu, luas lahan kritis yang terletak di luar kawasan hutan lindung mencapai 218 hektare, Kecamatan Amanuban Barat mencapai 3.801 hektare, sedang lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan hutan lindung seluas 348 hektare.
Sementara itu, lahan kritis yang terletak di luar kawasan hutan lindung di wilayah Kecamatan Batu Putih seluas 8.982 hektare, sedang dalam kawasan hutan lindung mencapai 1.228 hektare.
Kecamatan Kota SoE mencapai 1.076 hektare, sedang dalam kawasan hutan lindung seluas 1.124 hektare, Kecamatan Molo Selatan mencapai 13.966 hektare, sedang dalam kawasan hutan lindung 20.916 hektare.
Di Kecamatan Molo Utara, luas lahan kritis mencapai 5.535 hektare, sedang dalam kawasan hutan lindung mencapai 16.131 hektare, Kecamatan Fatumnasi seluas 7.278 hektare, dan dalam kawasan hutan lindung mencapai 12.041 hektare.
"Ini baru gambaran sebagian lahan kritis di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan," kata Watan Tapun dan menambahkan di wilayah DAS Noelfail dan Benenain juga memiliki kondisi yang sama.
Ia mengatakan kondisi ini secara kasat mata menunjukkan betapa mirisnya kondisi lahan kritis wilayah DAS di Kabupaten Timor Tengah Selatan, sehingga tidaklah heran jika wilayah tersebut menjadi langganan bencana alam.
Menurut dia, hal itu terjadi karena adanya pengurangan hutan yang sangat besar di atas satu juta hektare setiap tahun dan menurunnya kualitas hutan, serta rendahnya kemampuan untuk membangun hutan tanaman dan gagalnya rehabilitasi hutan.
Selain itu, menurunnya seluruh fungsi konservasi, sosial, dan ekonomi sumber daya hutan.
(T.ANT-084/L003/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010