Dengan margin distribusi yang diproyeksikan menyusut dari 2,2-2,5 dolar AS menjadi 1,8-2,0 dolar AS per MMBTU, tanda peringatan sudah berbunyi cukup kencang

Jakarta (ANTARA) - Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) merilis laporan terbaru yang menyatakan konversi pembangkit listrik diesel berbahan bakar minyak ke gas alam cair atau LNG masih belum ekonomis.

Analis energi IEEFA Putra Adhiguna mengatakan program gas alam cair skala kecil atau ssLNG untuk pembangkit listrik punya rintangan terjal dari sisi keekonomian.

"Jumlah investasi ssLNG sangat besar dibandingkan LNG biasa," katanya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Investasi yang dibutuhkan per unit kapasitas bisa lebih dari dua sampai empat kali lipat besarnya investasi proyek LNG konvensional, sehingga ssLNG kehilangan keuntungan skala keekonomian.

Biaya untuk rantai pasok LNG konvensional biasanya hanya mencapai 10-20 persen dari harga gas total, sementara biaya pasok ssLNG dapat mencapai 30-50 persen dari harga gas akhir.

Pemerintah telah menugaskan Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk menyuplai gas ke 52 pembangkit listrik PLN dengan harga lebih rendah dibandingkan harga ekuivalen minyak.

Nilai investasi yang diperlukan untuk menyuplai 167 BBTUD gas ke 52 pembangkit dengan separuh dari pembangkit itu menggunakan kurang dari 2 BBTUD mencapai 1,5-2,5 miliar dolar AS.

Pemerintah telah meningkatkan konsumsi gas domestik dalam kebijakan harga hilir yang baru, sehingga menurunkan pendapatan pemerintah dari produksi gas untuk menekan harga gas hilir.

Potensi kerugian negara dijanjikan akan dapat diimbangi dari penghematan subsidi dan peningkatan aktivitas ekonomi, termasuk melalui penghematan Rp13 triliun dari rencana konversi pembangkit listrik berbasis gas.

Putra mengungkapkan kondisi PGN yang saat ini dalam kondisi kurang baik akibat terdampak pandemi, biaya rantai pasok ssLNG yang mahal, dan ditambah kebijakan harga gas.

"Dengan margin distribusi yang diproyeksikan menyusut dari 2,2-2,5 dolar AS menjadi 1,8-2,0 dolar AS per MMBTU, tanda peringatan sudah berbunyi cukup kencang," pungkasnya.

Baca juga: PGN genjot utilisasi LNG untuk pembangkit listrik
Baca juga: PLN teken kerja sama bangun infrastruktur LNG di 52 pembangkit
Baca juga: PGN bangun klasterisasi infrastruktur LNG untuk pembangkit listrik

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021