Jakarta (ANTARA) - "Sounds From the Corner" membuat program "100 untuk 100" untuk mendukung keberlangsungan pekerja di industri musik yang terdampak pandemi COVID-19.

“Sejak awal pandemi, Industri pertunjukkan musik jadi pertama yang ‘terpaksa tutup’ dan kemungkinan besar jadi yang terakhir dibuka, ketika mimpi buruk ini berakhir. Melalui 100 Untuk 100, kami ingin sedikit bantu meringankan beban kawan-kawan pekerja musik se-Indonesia,” ujar co-founder Sounds From The Corner Teguh Wicaksono dalam keterangannya, Kamis.

Bekerja sama dengan inisiatif pendistribusian Bagirata, "Sounds From The Corner" akan mendonasikan uang senilai Rp100 juta untuk 100 orang pekerja musik di Indonesia.

Program "100 Untuk 100" berlangsung selama Agustus dan September 2021.

Inisiatif ini dibagi menjadi dua periode, pada periode pertama berlangsung di akhir Agustus untuk 50 orang penerima dana.

Selanjutnya untuk periode kedua akan berlangsung di akhir September untuk 50 orang sisanya.

“Eksistensi Sounds From The Corner sangat amat bergantung kepada scene lokal, kami harap ini bisa jadi simbol rasa terima kasih kami 9 tahun terakhir,” ujar Teguh.

"Sounds From The Corner" bermitra dengan Bagirata untuk melakukan proses aplikasi, verifikasi dan distribusi dana.

Pekerja musik yang ingin mendaftarkan diri bisa melalui situs Bagirata di www.bagirata.id.

Untuk pihak lain yang ingin berpartisipasi sebagai pengirim, SFTC menyediakan nomor rekening yang akan menghimpun dana, nantinya akan disalurkan secara merata kepada pekerja musik yang terdata di Bagirata.

“Para pekerja di industri musik dan pertunjukan tergolong rentan secara finansial, tidak hanya musisi selaku pelaku utamanya, tapi juga ke seluruh ekosistemnya,” kata co-founder Bagirata Lody Andrian.

Lewat gerakan ini pula, diharapkan para pekerja industri musik yang terdampak COVID-19 dan tidak terdaftar secara formal dalam lembaga atau bantuan Pemerintah bisa merasakan manfaat dari program "100 untuk 100".

Sehingga mereka bisa tetap bertahan hidup dan melewati masa sulit yang tidak hanya dirasakan di Indonesia tapi juga seluruh belahan dunia lainnya.

“Maka dari itu, 100 Untuk 100 menjadi gerakan yang penting dalam menjaring dan merangkul para pekerja di sektor tersebut agar bisa bertahan hidup melewati krisis ini," tutup Lody.

Baca juga: Akselerasi digital dorong kolaborasi dan inovasi di industri musik

Baca juga: Suga BTS: perlakuan label yang keras dapat hancurkan industri musik

Baca juga: Pelaku kreatif musik diajak angkat tema nasionalisme

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021