Batam (ANTARA News) - Festival Film Indonesia hanya memberikan penghargaan terbaik kepada insan film Indonesia, mulai dari segi pemeran, sutradara hingga karya film.
"FFI hanya memberikan penghargaan terbaik. Utuk penghargaan terburuk silakan pihak lain kalau mau mengadakan," kata Niniek L. Karim, ketua Komite FFI, di Batam, Kamis.
Dia mengatakan pemberian penghargaan terbaik merupakan langkah untuk membangun nilai positif dalam setiap karya anak bangsa, khususnya di bidang perfilman.
Pernyataan itu ia lontarkan saat menanggapi adanya "Razzie Award", sebuah forum yang memberikan penghargaan terburuk di kancah perfilman internasional.
Menurut Niniek, pemberian penghargaan terburuk dapat memunculkan citra negatif.
Dia mengatakan lebih baik memberikan penghargaan kategori untuk kritik film terbaik daripada harus memberikan penghargaan terburuk.
Terkait dengan adanya "Indonesia Movie Award" yang banyak disebut sebagai tandingan dari FFI, Niniek menilai hal itu sebagai kewajaran dan warna baru dalam penghargaan film.
FFI menurut dia merupakan sebuah rumah bagi insan perfilman untuk berkarya dan berekspresi dalam ranah seni.
Dia mengatakan FFI senantiasa terus memperbaiki sistem penjurian untuk menghasilkan penghargaan yang memiliki kualifikasi baik.
"Kita sudah membuat buku pedoman penjurian, namun setiap tahun tetap saja memerlukan perbaikan," katanya.
Sementara itu, menanggapi tidak lolosnya film "Sang Pencerah" karya sutradara Hanung Bramantyo, dia mengatakan hal itu merupakan persoalan selera.
Menurut dia, selera antara juri dengan dewan seleksi bisa berbeda, sehingga memungkinkan terjadinya sebuah karya sinema yang dipandang memenuhi syarat oleh masyarakat masuk nominasi FFI, namun tidak oleh dewan seleksi.
"Ada perbedaan selera yang harus kita hargai," ujarnya.
Namun, dia mengakui bahwa dibutuhkan standar baku dalam menentukan film-film yang layak lolos ke nominasi FFI. (ANT-142/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010