Jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020, pada semester I tahun ini, perseroan telah mencapai 79 persen dari penjualan tahun lalu
Jakarta (ANTARA) - Emiten pertambangan PT. PAM Mineral Tbk (NICL) membukukan laba sebesar Rp26,3 miliar, naik signifikan jika dibandingkan dengan laba bersih di semester I 2020 yang masih mencatatkan kerugian sebesar Rp1,8 miliar.
Corporate Secretary NICL Suhartono dalam keterangan di Jakarta, Rabu, mengatakan, kenaikan laba tersebut ditopang oleh kenaikan volume penjualan dan kenaikan harga nikel.
Berdasarkan laporan keuangan sementara Juni 2021, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp148 miliar, sedangkan pendapatan perseroan pada sepanjang 2020 sebesar Rp188 miliar.
"Jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020, pada semester I tahun ini, perseroan telah mencapai 79 persen dari penjualan tahun lalu. Kami sangat optimis penjualan tahun 2021 ini akan jauh diatas penjualan yang telah dicapai perseroan tahun lalu," ujar Suhartono.
Dari sisi ekuitas, perseroan mengalami kenaikan yang signifikan dari sebelumnya sebesar Rp106,7 miliar naik menjadi Rp133,1 miliar atau naik sebesar 25 persen (ytd) seiring lonjakan laba yang signifikan di semester I 2021.
Sementara itu, total aset perusahaan sebesar Rp177 miliar per Juni 2021, relatif lebih rendah dari total aset pada Desember 2020 yaitu sebesar Rp189,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7 persen (ytd).
Namun di sisi lain, lanjut Suhartono, penurunan aset tersebut dibarengi dengan penurunan hutang perseroan dari Rp82,9 miliar pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp43,9 miliar per Juni 2021 atau turun sebesar 47 persen (ytd).
"Dari sisi neraca, struktur permodalan perseroan sangat solid dan didukung oleh pertumbuhan laba yang tinggi. Perseroan yakin dapat terus bertumbuh di masa yang akan datang," kata Suhartono.
Ia menambahkan, propek industri nikel dalam beberapa tahun ke depan masih sangat menarik karena kebutuhan bijih nikel dunia akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya industri baterai untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di seluruh dunia.
Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu produsen bijih nikel tentunya sangat diuntungkan dalam bisnis tersebut. Oleh karena itu, manajemen NICL juga sangat optimis untuk mencapai target pertumbuhan penjualan pada 2021.
Baca juga: Emiten tambang optimistis kinerja membaik seiring naiknya harga nikel
Baca juga: PAM Mineral bidik laba bersih Rp105 miliar pada 2021
Baca juga: Emiten tambang NICL nilai bisnis nikel kadar rendah cukup menjanjikan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021