"Akibat pergeseran zaman, menyebabkan generasi mudah tidak tertarik lagi mempelajari asatra lisan Moronene Kabaena," kata salah seorang mahasiswa pasca sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) yang sedang meneliti Sastra Lisan Etnis Moronene, Azramal, di Kendari, Kamis.
Sastra lisan yang sudah terancam punah itu kata dia antara lain, Kada (syair kepahlawanan), Ohoohi (syair penyambutan tamu), Tumburi`ow (dongeng) dan ka`oliwi (amanah leluhur).
Sastra lisan yang hampir punah tersebut, lanjut Azramal, memiliki nilai-nilai dan fungsi tersendiri dalam kehidupan masyarakat pendukung khususnya dan umumnya bangsa Indonesia dalam konteks keanekaragaman budaya.
"Nilai dan fungsi yang terkandung dalam sastra lisan tersebut seperti cerita tentang asal-usul suku Moronene, membangkitkan semangat kepahlawanan dan gairah kegotongroyongan," katanya.
Sastra Kada tutur Azramal, sampai saat ini belum ada yang menulisnya dalam bentuk karya ilmiah secara tuntas.
Itu sebabnya kata dia, dirinya tertarik meneliti Sastra tersebut, dan akan menjelaskan tentang kedudukan sastra lisan tersebut ditinjau dari teks, formulasi dan fungsi.
Sementara itu, tokoh adat dan budaya Kabaena, Abdul Madjid Ege, mengatakan, penutur sastra lisan Bahasa Moronene Kabaena seperti Kada dan ohoohi, tinggal hitungan jari dan rata-rata telah berusia di atas 65 tahun.
"Maka dari itu kita berharap ada generasi muda yang mau mempelajari sastra lisan tersebut guna melestarikan budaya daerah dan memperkaya khasanah budaya bangsa," katanya.
(T.ANT-227/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010