Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak, agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara kunci mencegah peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea.
"Saya harus mengatakan bahwa situasi itu membahayakan dan kalau berlanjut bisa picu konflik yang besar dan perang baru, bisa meluas, bukan mustahil bisa melibatkan negara lain," kata Presiden Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.
Presiden menyatakan, dunia internasional, PBB dan negara kunci bisa mencegah terjadinya konflik yang lebih luas.
Menurut Kepala Negara, Indonesia berpandangan bahwa serangan artileri militer yang menewaskan warga sipil merupakan suatu tindakan yang tidak tepat.
"Indonesia berpendapat bahwa serangan militer tembakan artileri yang bisa picu konflik tidak tepat dan tidak dibenarkan," tegasnya.
Kepala Negara menyatakan, Indonesia sangat prihatin dengan perkembangan yang terjadi di Semenanjung Korea dan juga jatuhnya korban tewas.
Indonesia, kata Presiden, akan memanfaatkan momentum pelaksanaan pertemuan tingkat tinggi negara-negara Asia Timur dengan negara anggota ASEAN pada 2011 mendatang untuk mendiskusikan masa depan keamanan dan stabilitas kawasan khususnya terkait isu di Semenanjung Korea dan Laut China Selatan.
"Salah satu agenda dan topik yang kita rancang adalah regional political dan security dialogue, saya pandang tepat bila bisa diacarakan seperti itu," katanya.
Dengan kehadiran pemimpin negara-negara anggota ASEAN dan delapan negara lainnya, yaitu Korea Selatan, India, Selandia Baru, Australia, China, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia, maka penting didiskusikan keseimbangan politik dan keamanan kawasan Asia untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
Sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden membahas dua agenda, yaitu kesra dan perekonomian, yang dihadiri oleh seluruh menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
(T.P008*D013/A041/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010