Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan asesmen nasional (AN) penting diadakan di tengah pandemi COVID-19.

“Pemetaan mutu pendidikan sangat penting segera dilakukan. Itu sebabnya AN penting diadakan di tengah pandemi,” ujar Nadiem dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Dengan pemetaan tersebut, Kemendikbudristek mengetahui sejauh mana ketertinggalan dunia pendidikan akibat COVID-19. Sebab, saat ini sangat dibutuhkan analisa data terkait learning loss yang terjadi.

“Ketertinggalan kita mencakup apa saja dan di mana saja. Dengan AN, kita juga mengetahui daerah dan sekolah yang paling membutuhkan bantuan,” ujar dia.

Baca juga: Kemendikbudristek sebut Asesmen Nasional bukan sekadar pemetaan

Baca juga: P2G minta Kemendikbudristek tunda pelaksanaan asesmen nasional

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, My Esti Wijayanti menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan AN.

“Menurut saya, AN mencari tahu gambaran sesungguhnya sekolah dan siswa kita seperti apa dan untuk merencanakan kebijakan selanjutnya,” kata Esti.

Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, berencana melakukan AN di daerah yang sudah diperbolehkan melakukan PTM secara terbatas. Dampak yang bervariasi akibat pandemi juga dinilai mendorong perlunya melakukan pemetaan yang lebih menyeluruh. Dengan demikian, Kemendikbudristek dapat segera merancang program dan intervensi yang lebih terarah.

Studi RISE di Bukittinggi menemukan fakta menggembirakan bahwa kemajuan pembelajaran di tahun 2020, yakni setelah adanya pendemi dan berlangsungnya PJJ, justru sedikit lebih tinggi dari pada kemajuan pembelajaran di tahun 2019.

Kesimpulan ini menunjukkan, learning loss bukanlah keniscayaan, melainkan sesuatu yang bisa diantisipasi dan dimitigasi.

“Hasil AN membuat kita bisa lebih memprioritaskan sekolah dan daerah yang paling membutuhkan bantuan. Sebagai contoh dengan data AN, program Kampus Mengajar yang mengirimkan relawan mahasiswa untuk mengajar, akan bisa lebih terarah dan bantuannya dapat diarahkan ke sekolah-sekolah yang paling tertinggal yang paling perlu dibantu untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran mereka,” ucap Anindito.

Pelaksanaan AN tahun itu berlangsung adaptif dan fleksibel sesuai dengan situasi pandemi di berbagai daerah. Dalam menyelenggarakan AN, Kemendikbudristek mengikuti kebijakan makro pemerintah tentang Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“AN hanya akan dilakukan, jika di daerah itu sudah boleh Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. Kalau daerah sudah boleh PTM Terbatas, secara logis seharusnya melakukan AN juga,” kata Anindito lagi.

Adapun protokol kesehatan yang berlaku pada pelaksanaan AN sejalan dengan PTM terbatas, yakni berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri.

Kemendikbudristek meminta satuan pendidikan untuk menyampaikan informasi dan tujuan pelaksanaan AN ini kepada orang tua secara komprehensif bagi yang anaknya terpilih menjadi peserta. Sedangkan bagi wilayah yang belum bisa melaksanakan AN tahun ini akan diagendakan pada Februari, Maret, dan April tahun 2022.

Peserta didik akan dipilih secara acak dari pusat agar mewakili populasi siswa di sekolah tersebut dan mereka yang terpilih diharapkan mengikuti AN sesuai jadwal yang akan disampaikan secara detil lebih lanjut.

Jika peserta didik terpilih menjadi peserta AN, namun sakit/bergejala seperti COVID-19, memiliki penyakit komorbid, atau tidak bisa melakukan perjalanan ke sekolah dengan aman, maka mereka bisa digantikan oleh peserta didik lain yang menjadi cadangan.

Pemerintah daerah bertugas berkoordinasi dengan satuan pendidikan dalam pelaksanaan gladi bersih dan hari-H. Pemda juga melakukan pelatihan proktor (pengawas) untuk setiap satuan pendidikan di masing-masing provinsi dan kota/kabupaten.*

Baca juga: Survei Lingkungan Belajar ukur iklim keamanan sekolah

Baca juga: Kemendikbudristek sebut Asesmen Nasional bukan untuk "profiling" guru

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021