Dalam pernyataan pers Pemerintah Indonesia yang dikeluarkan di Jakarta, Selasa malam, Menlu juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia mendesak kedua pihak untuk segera menghentikan permusuhan, melakukan upaya maksimal untuk menahan diri dan menghindari terjadinya peningkatan ketegangan.
Pada kesempatan itu Pemerintah Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya dimulai kembali perundingan enam pihak yang diikuti oleh Korea Selatan, Korea Utara, Amerika Serikat, Rusia, China dan Jepang guna membahas seluruh aspek yang terkait dengan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.
Pada Selasa, Korea Utara menembakkan artileri ke Pulau Yeonpyeong yang terletak di dekat perbatasan maritim antara Korea Utara dan Selatan. Hal itu kemudian memicu baku tembak kedua Korea.
Korea Utara tidak mengakui perbatasan tersebut, dengan merujuk pada kenyataan bahwa perbatasan itu diputuskan secara sepihak oleh Amerika Serikat setelah perang Korea pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata.
Sebanyak tiga pertempuran kelautan terjadi di kawasan itu pada 1999, dan pemerintah Korsel menyalahkan Korut atas serangan yang menenggelamkan kapal perang di kawasan itu pada Maret tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan di Kantor Pusat Berita Korea (KCNA) yang dikutip oleh kantor berita Korea Selatan Yonhap, Panglima Tinggi Militer Korut menuduh militer Korsel memulai ketegangan dengan menembak ke arah sebelah Korut.
Upaya untuk meredakan ketegangan antara kedua Korea yang dipicu oleh program nuklir kontroversial Korea Utara telah dilakukan dalam rangkaian perundingan enam pihak. Perundingan-perundingan itu, terakhir diselenggarakan Desember 2008.
Korut meninggalkan forum itu April 2009. Lima bulan kemudian negara itu mengumumkan mereka telah mencapai tahap akhir pengayaan urnaium- satu jalan baru penting untuk membuat sebuah bom nuklir.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010